Psikologi Perkembangan Peserta Didik

Bab I   Pendahuluan

1.             Latar Belakang

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Memang, semua disiplin ilmu ada manfaatnya, tetapi tidak ada suatu disiplin ilmu seperti psikologi yang mampu menyentuh hampir seluruh dimensi kehidupan manusia. Betapa tidak, teori-teori dan riset psikologi telah digunakan dan diaplikasikan secara luas dalam berbagai lapangan kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan proses pembelajaran, industry, perdagangan, social-kemasyarakatan, politik, kesehatan, dan bahkan agama.

Objek tingkah laku psikologi khusus yaitu tingkah laku yang khusus itu biasanya terjadi pada orang – orang yang mempunyai kondisi atau berada pada situasi tertentu, dimana tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku seseorang dalam situasi belajar/pendidikan. Sedangkan tingkah laku khusus yang terjadi karena orang tersebut mempunyai kondisi tertentu, dimana tingkah laku orang yang kondisinya abnormal. Misalnya seseorang yang memiliki lemah mental atau orang yang kondisi jiwanya mengalami gangguan.

2.             Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang akan dibahas dalam pembahasan yakni sebagai berikut:

  1. Pengertian psikologi perkembangan dan peserta didik.
  2. Tujuan dan manfaat psikologi perkembangan.
  3. Hakikat perkembangan, pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.
  4. Faktor – faktor Perkembangan.
  5. Fase – fase yang akan dilewati oleh peserta didik.
  6. Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik.

3.             Tujuan Penulisan

Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan beberapa point, diantaranya:

  1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian psikologi perkembangan dan peserta didik.
  2. Mahasiswa mampu menjelaskan apa tujuan dam manfaat mempelajari psikologi perkembangan.
  3. Mahasiswa mampu menjelaskan hakikat dari perkembangan, pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.
  4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi peserta didik.
  5. Serta mahasiswa mampu menjelakan fase – fase yang nantinya akan dilewati oleh peserta didik, khususnya pada kejiawaan peserta didik.
  6. Mahasiswa juga dituntut paham terhadap karakteristik perkembangan peserta didik.

Bab II Pembahasan

1.    Psikologi Perkembangan

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Memang, semua disiplin ilmu ada manfaatnya, tetapi tidak ada suatu disiplin ilmu seperti psikologi yang mampu menyentuh hampir seluruh dimensi kehidupan manusia. Betapa tidak, teori-teori dan riset psikologi telah digunakan dan diaplikasikan secara luas dalam berbagai lapangan kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan proses pembelajaran, industry, perdagangan, sosial-kemasyarakatan, politik, kesehatan, dan bahkan agama.

Secara umum, psikologi dapat dibedakan menjadi dua cabang, yaitu psikologi teoritis dan psikologi terapan. Psikologi teoritis dapat pula dibedakan atas dua bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk ke dalam psikologi khusus, yaitu psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.

Dari pengertian psikologi di atas, maka dapat dipahami bahwa psikologi perkembangan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu manusia dalam perkembangannya beserta latar belakang yang mempengaruhinya. Sedangkan psikologi perkembangan peserta didik adalah bidang kajian psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dasar dan sekolah menengah.

2.     Peserta Didik

Dalam proses pendidikan, peserta didik berarti salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan umpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang dikenal dengan sebutan pendidikan. Sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai bahan mentah.

Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing – masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan kembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Peserta didik memiliki potensi – potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi – potensi khas yang dimilikinya perlu dikembangkan serta sirealisasikan sehingga mencapai tahapan perkembangan yang optimal. Selain itu, peserta didik memiliki kecenderungan untuk melepaskan diri dari kebergantungan pada pihak lain.

3.  Tujuan dan Manfaat Psikologi Perkembangan

3.1.  Tujuan Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan peserta didik bertujuan :

J  Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-anak di mana saja dan dalam lingkungan social-budaya mana saja.

  • Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
  • Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembangan tertentu.
  • Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
  • Khusus bagi guru, berguna untuk:
  1. Dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu.
  2. Dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid – murid.

3.2.  Manfaat Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan peserta didik adalah sebuah disiplin ilmu yang secara khusus mempelajari tentang perkembangan tingkah peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan. Manfaat mempelajari perkembangan peserta didik diantaranya:

  • Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
  • Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik dapat membantu guru mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai.
  • Dengan mengetahui pola normal perkembangan, memungkinkan para guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
  • Pengetahuan tentang perkembangan memungkinkan para guru memberikan bimbingan belajar yang tepat kepada anak.
  • Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri sendiri.

4.             Hakikat Perkembangan

Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep dasar perkembangan, perlu dipahami beberapa konsep lain yang terkandung didalamnya, di antaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.

4.1.  Perkembangan

Menurut F.J.Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “ suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.”  Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.”

Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan cirri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.

Perubahan – perubahan diri individu itu terus berlangsung tanpa henti meskipun kemudian laju perkembangannya semakin hari semakin pelan, setelah ia mencapai titik puncaknya. Ini berarti bahwa dalam konsep perkembangan juga tercakup makna pembusukan (decay) seperti kematian.

4.2.  Pertumbuhan

Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan. Pertumbuhan (growth) sendiri sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim di gunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P.Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai: satu pertambahan  atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organism sebagai suatu keseluruhan. Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap, dan kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia. Ini berarti bahwa pertumbuhan fisik ada puncaknya.

Istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju pada keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat. Perkembangan rohani tidak terhambat walaupun keadaan jasmani sudah sampai pada puncak pertumbuhannya.

4.3.  Kematangan

Kematangan itu sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu.  Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.

4.4.  Perubahan

Perkembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan itu tidak pula mempengaruhi proses perkembangan seseorang dengan cara yang sama. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.

Untuk mencapai tujuan ini, realisasi diri atau yang biasanya disebut “aktualisasi diri” merupakan factor yang sangat penting. Tujuan ini dapat di anggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikis.

5.  Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

5.1.  Dalam diri Individu

Semenjak dalam kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat yang dikandungnya sendiri. Di bawah ini merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu:

  • Bakat atau Pembawaan
  • Sifat – sifat Keturunan
  • Dorongan dan Instink
5.2.  Luar diri Individu

Faktor – faktor luar yang mempengaruhi perkembangan, diantaranya:

  • Makanan
  • Iklim
  • Kebudayaan
  • Ekonomi
  • Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga
5.3.  Umum

Faktor umum adalah unsur – unsur yang dapat digolongkan ke dalam kedua faktor diatas. Bisa dikaakan bahwa faktor umu ini merupakan faktor campuran, diantaranya:

  • Intelegensi
  • Jenis kelamin
  • Kelenjar Gondok
  • Kesehatan
  • Ras

6.  Fase – fase Perkembangan

6.1.  Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Biologis

Aristoteles membagi fase perkembangan manusia sejak lahir sampai usia 21 tahun ke dalam tiga masa, di mana setiap fase meliputi masa tujuh tahun, yaitu:

(1)     Fase anak kecil atau masa bermain (0-7) tahun, yang diakhiri dengan tanggal (pergantian) gigi.

(2)     Fase anak sekolah atau masa belajar (7-14) tahun, yang di mulai dari tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin.

(3)     Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi dewasa (14-21) tahun, yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan memasuki dewasa.

6.2.  Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif

Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase perkembangan adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu. Pembagian fase perkembangan tersebut adalah:

(1)     0-6 tahun = sekolah ibu, merupakan masa mengembangkan alat-alat indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan rumah tangga.

(2)     6-12 tahun = sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini, mulai diajarkan bahasa ibu ( vernacula ).

(3)     12-18 tahun = sekolah bahasa Latin, merupakan masa mengembangkan daya pikirnya di bawah pendidikan sekolah menengah (gymnasium). Pada masa ini mulaidi ajarkan bahasa Latin sebagai bahasa asing.

(4)     18-24 tahun = sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan kemauannya dan memilih suatu lapangan hidup yang berlagsung di bawah perguruan tinggi.

6.3.  Fase Perkembangan Menurut Konsep Islam

Memperhatikan ayat – ayat Al-Quran dan hadis – hadis Rasulullah Saw. yang menjadi dasar utama pemikiran Islam, perisodisasi perkembangan individu secara garis besar dapat dibedakan atas tiga fase, yaitu:

(1)   Periode pra-konsepsi, yaitu perkembangan manusia sebelum masa pembuahan sperma dan ovum. Meskipun pada periode ini wujud manusia belum berbentuk. Tetapi perlu dikemukakan bahwa hal ini berkaitan dengan bibit manusia.

(2)   Periode pra-natal, yaitu perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran, yakni fase nuthfah (zigot), fase alaqah (embrio), fase mudghah (janin), dan peniupan ruh ke dalam jasad janin dalam kandungan setelah genap 4 bulan.

(3)   Periode kelahiran sampai meninggla dunia, yang terdiri dari beberapafase, yaitu:

  • Neo-natus, mulai dai kelahiran sampai kira – kira minggu keempat.
  • Al-thifl, mulai dari usia 1 bulan sampai sekitar usia 7 tahun.
  • Tamyiz,  anak mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruk, benar dan salah. Dimulai dari usia 7 – 13 tahun.
  • Baligh, usia anak sudah mencapai usia muda yang ditandai dengan mimpi bagi anak laki – laki dan haid bagi anak perempuan.
  • Kearifan dan kebijakan, fase dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral, spirital, dan agama secara mendalam.
  • Kematian,  dimana nyawa telah hilang dari jasad manusia, terpisahnya ruh dan jasad manusia.

7.  Karakteristik Perkembangan Peserta Didik

7.1.  Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Usia rata – rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12. Anak – anak usia ini memilki karakteristik yang berbeda dengan anak – anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Serta adanya pembinaan hidup sehat, belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa:

  • Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
  • Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan  kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian sosialnya berkembang.
  • Menegmbangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.
  • Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai – nilai, sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

7.2.  Karakteristik Anak Usia Sekolah Menenngah (SMP)

Anak usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan  pubertas (10-14). Karakteristik yang menonjol pada usia SMP yakni terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan, mulai timbulnya ciri – ciri seks sekunder, adanya keinginan untuk menyendiri dengankeinginan bergaul, ada juga keinginan bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua, mulai mempertanyakan mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keailan Tuhan, adanya reaksi dan ekspresi emosi masih labil, dan kecenderungan minat serta pilihan karer relatif sudah jelas.

Adanya karakteristik ini, maka guru diharapkan untuk:

  • Menerapkan model pembelajaran yang meimisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik – topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.
  • Memberiakn kesempatan kepada siswa untuk menyalutkan hobi dan minatnya melalui kegiatan – kegiatan positif.
  • Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
  • Meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa.
  • Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

7.3.  Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masaperalihan antara masa kehidupan anak – anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja biasa ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, diantaranya mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya, memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya, mengembangkan sikap keterampilan intelektual dan konsep – konsep yang diperlukan sebgaia warga negara, memperoleh seoerangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku, mengembangkan wawasan keagamaan, dan mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, diantaranya:

  • Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika.
  • Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondisi dirinya.   
  • Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan sesuai dengan minat dan bakatnya.
  • Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan dan memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
  • Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk kritis, reflektif, dan positif.
  • Membantu siswa mengembangkan eots kerja yang tinggi dan sikap wiraswata.
  • Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran.
  • Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.

 Bab III            Penutup

1.        Kesimpulan

Dengan memahami dan mengerti tentang psikologi perkembangan peserta didik, serta mengetahui seluk – beluk di dalamnya, maka sebagai calon tenaga pendidik harus memahami betul perkembangan peserta didik dan karakteristiknya. Menjadi guru berarti memikul amanah yang begitu besar, yang mesti dipertanggungjawabkan, tidak hanya di hadapan manusia melainkan juga kepada Allah Swt. kelak. Profesi guru ternyata harus dilakoni dengan sepenuh hati, melibatkan hampir segena kemampuan jiwa dan raga, kemampuan intelektual, fisikal, emosional, dan bahkan spiritual sekaligus.

Untuk dapat tampil menjadi guru yang ideal, memmang tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan atas materi atau ilmu yang akan diajarkan. Namun menjadi seorang guru harus mengetahui faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam belajar. Karena mereka datang dengan membawa corak kepribadian, karakteristik, tingkah laku, minat, bakat, kecerdasan, dan berbagai tingkat perkembangan lainnya yang berbeda – beda pula. Oleh sebab itu, guru perlu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, motivasinya, latar belakang akademisnya, sosial ekonominya, dan sebagainya.

Adanya keharusan guru mengenal karakteristik peserta didik, berarti guru harus menguasai dan mendalami psikologi perkembangan peserta didik, yakni sebuah disiplin ilmu yanh secara khusus membahas tentang aspek – aspek atau karakteristik perkembangan peserta didik. Psikologi perkembangan peserta didik  juga memungkinkan guru untuk memahami apa yang dibutuhkan, diminati, dan yang hendak dicapai oleh peserta didik, serta dapat membreikan pelayanan yang bersifat individual bagi mereka yang mengalami kesulitan.

2.        Daftar Pustaka

Desmita, M.Si. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhyibin. 2011.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

 

 

Dipublikasi di Me's | Meninggalkan komentar

Islam Menghargai Profesional Kerja

BAB I             PEMBAHASAN HADITS

ISLAM MENGHARGAI PROFESIONALITAS KERJA

“Diriwayatkan dari Aisyah Ra, ia berkata: Bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian” (HR. Muslim).

1.             Sumber Riwayat

Hadits tersebut bersumber dari tiga orang sahabat yaitu, Aisyah, Anas Bin Malik, dan Sabiq bin Aslam. Aisyah binti Abu Bakar ash-Sidiq salah seorang istri Nabi SAW. Dan Umm al-Mu’minin. Nama Aisyah berasal dari kata ‘aisy artinya hidup. Nabi SAW biasa memanggilnya dengan nama Uwaisy. Selain itu, biasa juga dipanggil Humaira (artinya kemerah-merahan). Aisyah lahir dua tahun setelah Muhammad dilantik menjadi Rasul atau sekitar tahun 8 sebelum hijrah. Aisyah dinikahi oleh Rasulullah SAW ketika usia 6 tahun atau dua tahun sebelum hijrah ke madinah, dan tiga tahun setelah wafatnya Khadijah istri pertama Nabi SAW. Dan berkumpul bersama dengan Nabi SAW di Madinah dalam satu rumah tangga pada usia 9 tahun, yaitu pada bulan syawal tahun 2 H setelah pulang dari perang badar. Ada juga yang mengatakan tahun1H. Aisyah tinggal serumah dengan Nabi SAW. Selama8 tahun 5 bulan dan menjadi janda Nabi SAW. Ketika sedang berusia 18 tahun. Nabi SAW wafat pada hari senin 12 Rabiul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M ketika sedang dalam dekapan Aisyah, pada saat itu memang adalah tepat hari giliran jatah Aisyah.

Aisyah adalah tokoh sahabat perempuan terkemuka dengan kecerdasannya ia sebagai ahli fatwa, tafsir, fiqh, terutama ilmu faraidh atau kewarisan, ilmu sastra, dan lain-lain. Menurut Az-Zuhri (124 H/742 M), kalau dibandingkan ilmu yang dimiliki Aisyah dengan ilmu yang dimiliki semua wanita atau istri-istri Rasul SAW yang lain dan ilmu para sahabat, maka ilmu Aisyah masih tetap lebih unggul. Bahkan terkadang ia menjadi rujukan dari para sahabat lainnya atau sebagai tempat berkonsultasi sahabat senior, jika terjadi permasalahan yang belum ada ketetapan hukumnya secara jelas yang tegas dari nas. Umar Bin Khatab pernah betanya dan belajar haidits kepada Aisyah walaupun Umar sendiri sangat dekat hubungannya dengan Rasul. Ada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Anas, Nabi SAW. Bersabda : “Keutamaan Aisyah atas seluruh perempuan, seperti keutamaan tsarid (jenis makan arab yang terdiri dari daging dan roti) atas seluruh menu makanan.” Tsarid adalah sejenis makan favorit dan terbaik dalam konteks zaman itu.

Aisyah termasuk urutan ke-4 diantara para sahabat yang terbanyak yang meriwayatkan hadits. Ia meriwayatkan 2.210 Hadits. 174 Hadits yang disepakati Bukhari dan Muslim. 54 Hadits yang diriwayatkan sendiri oleh Bukhari saja. Dan 68 Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim sendiri.

Aisyah wafat di Madinah pada masa ke khalifahan Muawiyah pada malam selasa, 17 Ramadhan Tahun 57 H dalam usia 66 tahun. Solat jenazahnya diimami oleh Abu Hurairah yang wafat tahun itu juga.

2.      Takhrijul Hadits

Hadits diatas diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahinya no 2363. Dan kualitas Hadits tersebut adalah sahih. Dalam riwayat lain yang semakna dengan Hadits tersebut diriwayatkan Ahmad dalam musnandnya pada hadits no. 24399.

“Jika itu menyangkut urusan dunia kalian maka kalaian lebih tau. Adapun jika urusan agam kalian, maka itu adalah urusanku.”

Ibnu majah dalam sunnahnya pada Hadits no. 2471 juga diriwayatkan dengan susuna redaksi.

“Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian, maka itu adalah urusan kalian sendiri. Dan jika sesuatu itu adalah urusan agama, maka itu adalah urusanku.”

Selain Ibnu Majah, ahmad juga meriwayatkannya dengan redaksi yang sama, yaitu pada hadits no 22040 dan 24399.

3.             Asbabul Wurud

Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut di atas adalah sebagaimana diriwayatkan Muslim yang bersumber dari anas ibn malik, bahwa Nabi SAW pernah lewat dihadapan para petani yang tengah mengawinkan serbuk (kurma jantan) ke putik (kurba betina). Nabi SAW berkomentar : “sekiranya kalian tidak melakukan hal itu niscaya kurmamu akan bagus dan baik.” Mendengar komentar ini para petani menghentikan dan tidak lagi mengawinkan kurmanya. Beberapa lama kemudian, Nabi SAW lewat lagi di tempat itu dan menegur para petani “mengapa pohon kurmamu itu?” Para petani menyampaikan apa yang telah dialami oleh kurma mereka, yakni banyak yang tidak jadi. Mendengar keterangan mereka itu, maka Nabi SAW bersabda: “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.”

4.             Fiqhul Hadits

Hadits tersebut di atas kalau di lihat secara tekstual saja tanpa melihat pada konteks apa dan latar belakang historis apa yang menyebabkan lahirnya hadits tersebut disabdakan,maka dipahami secara ekstrim dan berlebihan bahwa Nabi Saw.,tidak tahu dan tidak mengerti sama sekali serta tidak mau peduli terhadap persoalan keduniaan. Pemahaman seperti ini tentu saja keliru,sebab Nabi Saw bukan malaikat,dan beliau diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul,namun sifat kemanusiaannya tidak terhapus. Beliau lahir,besar dan tinggal menetap dilingkungan masyarakat yang berbudaya sehingga dengan demikian beliau tentu tahu,mengerti,merasakan,dan peduli terhadap masalah keduniaan. Sebagai bukti bahwa Nabi Saw sangat besar perhatiaanya terhadap masalah lingkungan hidup sebagai bagian dari masalah keduniaan. Bahkan dalam perjalanan kehidupannya dikenal sebagi pedagang dan penggembala kambing sebelum diangkatt menjadi Nabi Saw.

Islam mengajarkan  semua dimensi  kehidupan. Ia memberikan pedoman bagi umat manusia tentang apa yang pantas dan layak mereka lakukan dalam kehidupan ini.Islam telah menetapkan ajarannya untuk kehidupan manusia mulai dari ia bangun tidur di subuh dan pagi hari hingga ia tidur kembali di malam hari.Islam mengarahkan dan membimbing apa yang harus dilakukan dan diucapkan ketika pertama kali membuka mata ketika bangun,ketika buang air kecil dan besar,ketika mandi dan bersuci,ketika melakukan shalat,ketika,ketika bekerja dan mencari rizki,ketika menyantap makanan,ketika istirahat siang,ketika pulang kembali ke rumah,ketika bertemu dengan istri dan anak-anak serta keluarga lainnya,dan ketika kembali lagi ke peraduan untuk tidur di malam hari.Islam mengatur sisi kehidupan individu,ia juga mengatur kegiatan kehidupan masyarakarat sosial.Islam membimbing dan mengarahkan anggota masyarakat bagaimana berhubungan dan berinteraksi antara satu sama lain,bagaimana membina hubungan persaudaraan dan kasih saying,bagaimana hidup dengan tenggang rasa,saling peduli,tolong menolong,bagaimana menjual dan membeli,meminjam,menyewa dan menitip,dan bagaimana cara memperoleh harta kekayaan dan membagikannya sebagian kepada anggota masyarakat lainnya.

Di samping itu, Islam juga mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara ia memberikan berbagai hak kepada pemerintah dan para pemimpin sekaligus membebankan pula berbagai kewajiban.Ia mengajarkan dan membimbing bagaimana memimpin rakyat,bagaimana menegakkan keadilan,bagaimana mewujudkan pemerataan,bagaimana berperang dan berdamai,serta bagaimana pula berhubungan dengan Negara atau masyarakat lainnya.

Oleh karena itu,memahami kata”dunia” “dalam hadist tersebut harus dikaitkan tujuan keberadaan Nabi Saw yang diutus Allah dengan latar belakang historis sosisal yang menyebabkan Nabi Saw bersabda demikian.Adapun tujuan keberadaan Nabi Saw adalah untuk memnjelaskan keyakinan aqidah ketuhanan, kenabian, kebangkitan, hari akhirat, tumtunan – tuntunan-Nya dan hukum-hukum syariat serta akhlak atau moral.

Nabi Saw pernah ditanya oleh para sahabat tentang mengapa bulan pada awalnya kelihatan sabit kemudian sedikit demi sedikit akhirnya menghilang, Nabi Saw tidak menjawab pertanyaan ini dengan jawaban ilmiah berdasar padaa teori astronomi. Akan tetapi, beliau memberi  jawaban yang berkaitan dengan tuntunan agama dan akhlak, antara lain tentang keharusan memperhatikan waktu dan ibadah haji.

Tujuan keberadaan Nabi Saw adalah untuk menjelaskan tentang keyakinan tauhid, dan akhlak, dan bukan untuk menjelaskan masalah ilmiah, sains, dan teknologi. Pengertian “dunia” yang beliau serahkan kepada kita dalam hadist tersebut di atas adalah masalah ilmiah terapan yang didapatkan melalui hasil eksperimen dan pengalaman hidup dan tidak ada hubungannya dengan masalah keyakinan ketuhanan.

Oleh karena itu,upaya memahami pesan dan muatan hadis tersebut di atas adalah dengan memahami  berdasarkan pada konteks latar belakang historis sosial budaya ketika disabdakannya hadis tersebut.Hadis tersebut disabdakan Nabi Saw ketika melewati para petani kurma yang tengah menyerbuk kurmanya sebagaimana sebagaimana disebutkan pada latar belakang lahirnya hadis tersebut di atas hingga Nabi Saw bersabda kepada para petani, “Bahwa kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”. Ini artinya,bahwa Nabi Saw bersabda demikian sebagai respon dan bentuk perhatian dan penghargaannya terhadap keahlian pada bidang pertanian kurma itu.Jadi, urusaan dunia dalam hadis tersebut di atas dimaknai sebagai sebuah pengetahuan ilmiah terapan atau keahlian atau profesional pada suatu bidang tertentu. Nabi Saw menyerahkan urusan dunia kepada kepada kita sebagai sebuah penghargaan terhadap keahlian atau profesionalitas tertentu. Dan penghargaan Nabi Saw. tersebut tidak saja berlaku pada bidang petanian seperti dalam latar belakang hadis tersebut, karena yang ditekankan dalam hadis di atas bukan pada kurmanya itu, akan tetapi lebih pada penguasaan pada bidang itu sndiri atau profesionalitasnya itu. Sehingga hal ini bersifal universal, artinya seluruh bidang apa saja, harus dikerjakan secara profesional. Dengan demikian, hadis tersebut di atas secara kontekstual dapat dipahami sebagai sebuah ajaran yang mengedepankan persoalan profesionalitas.

Di era modern dan globalisasi sekarang ini persaingan saangat ketat,sehingga persoalan kemampuan dan keahlian atau profesionalitas menjadi suatu tuntutan dan keharusan yang mesti dikedepankan dan bukan lagi saatnya dan tidak lagi relevan mengedepankan persoalan latar belakang kedaerahan,misalnya putera daerah dan non putera daerah,latar belakang etnis,keturunan,golongan,dan lain-lain.Dalam profesionalitas ini ada tiga hal yang terkandung di dalamnya yang antara satu dengan lainnya saling terkait yaitu pertama, mempunyai keahlian dan penguasaan pada suatu bidang tertentu dengan dilandasi oleh kapasitas kemampuan ilmu pengaetahuan dan teknologi. Kedua, mempunyai etika dan moral (akhlak). Ketiga, memberikasn pelayanan dan maslahat kepada orang lain, masyarakat dan lingkungan. Dan ketiga-tiganya ini harus terpadu.

Menguasai dan ahli pada suatu bidang tertentu, tapi tidak mempertimbangkan persoalan moral dan etika bahkan tidak bermoral, maka itu tidak dapat disebut sebagai professional. Di Indonesia ini yang sudah dilanda multi krisis yang sampai pada detik ini belum juga berakhir dan yang paling banyak merasakan deritanya adalah rakyat kecil, itu karena disebabkan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah banyaknya orang Indosesia ahli dan menguasai pada suatu  bidang tertentu, misalnya ahli ekonomi tapi mereka tidak mempunysi moral. Buktinya mereka yang menyalahgunakan uang negara dengan cara korupsi sehingga negasara rugi dan rakyat menderita adalah bukan orang – orang bodoh tapi justru orang-orang ahli. Orang-orang seperti ini tidak layak disebut profesional karena hanya ahli tapi tidak bermoral.

Di samping itu, yang namanya profesional harus apa yang dimilikinya itu dapat memberikan manfaat tidak hanya pada diri sendiri tapi juga unyuk orang lain, masyaakat dan lingkungannya, baik pada skala kecil maupun pada skala lebih luas dan besar seperti untuk kepentingan banagsa dan negara. Ledakan bom yang sering terjadi di Jakarata dan tempat-tempat lainnya dilakukan  oleh orang-orang yang mempunyai keahlian tentang bom. Orang seperti ini sangat tidak patut disebut sebagai profesional, karena dengan keahliannya merakit dan membuat bom justru  digunakan pada sesuatu yang meresahkan dan merusak orang lain dan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Ilmu dan keahliannya digunakan hanya untuk kepentingan pribadi dan keuntungan kelompoknya. Mereka hanya mungkin  patutnya disebut sebagai orang brutal dan bukan profesional. Dalam ajaran Islam, kualitas kesalahan kemanusiaan sangat disorot dan ditentukan pada sejauh mana mampu memberikan manfaat dan nilai guna pada orang lain dan lingkungannya.

Setiap muslim yang profesional dalam menjalankan tugas dalam bekerja apapun haruslah senantiasa melakukan hal-hal berikut:

  1. Bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai kejujuran. Juga menghayati sepenuhnya          bahwa kejujuran merupakan jati diri yang akan mengantarkan kepada kedudukan yang terpuji (maqamam mahmuda). Meyakini sepenuhnya bahwa kejujuran hanya tumbuh berkembang dan terpilihara selama dirinya memenuhi komitmennya sebagai hamba Allah.
  2. Meyakini sepenuhnya bahwa setiap kebohongan, pemalsuan, dan penipuan merupakan bentuk pengkhianatan yang merendahkan martabat dirinya sebagai hamba Allah dan merusak reputasi institusi.
  3. Melaksanakan tugas-tuganya dengan integritas yang tinggi dan karenanya tidak pernah mengenal kompromi terhadap segala bentuk kebatilan.
  4. Menetapkan komitmennya bahwa kejujuran melandasi sikap dan tindakannya dalam menata hubungannya dengan mitra kerja.
  5. Sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dalam semua hubungan dengan mitra kerja maupun dengan teman sejawat atas dasar kejujuran dan saling menghormati.
  6. Berusaha meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi anggota institusi yang baik, yang jujur, dan bertanggung jawab, dan professional.
  7. Sangat menghargai kerja bersama-sama, berjamaah (team work), sehingga persaudaraan dan persahabatan di antara anggota institusi lebih dominant dari pada kepentingan dirinya.
  8. Memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa kejujuran mendorong dirinya untuk berfikir dan bertindak dengan rasa urgensi yang tinggi.
  9. Sangat bersungguh-sungguh dalam setiap pelaksanaan tugas dan senantiasa menampakkan penampilan yang simpatik dan impresif.
  • Istiqomah

Setiap muslim dalam bekerja, senantiasa melakukan hal-hal berikut;

  1. Bekerja dengan sikap yang teguh dan pantang menyerah terhadap segala bentuk tekanan yang akan mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugasnya.
  2. Memiliki daya adaptasi yang tinggi dalam cara menangani berbagai perubahan dan memandang setiap tantangan sebagai kesempatan untuk menjadikan dirinya lebih berkualitas dan professional.
  3. Bekerja berdasarkan komitmen yang sangat kuat untuk menghasilkan kualitas kerja yang terbaik dan berdaya saing.
  4. Berusaha dengan tekun untuk mewujudkan hubungan dan pelayanannya kepada setiap individu, baik di dalam institusi maupun di luar institusi, berdasarkan kesungguhan, kesinambungan, dan kesabaran.
  5. Berteguh hati untuk melaksanakan visi dan misi institusi dengan berorientasi pada prestasi kerja.
  6. Bersikap dan bertindak bijaksana dalam mengambil keputusan.
  7. Memiliki semangat pengorbanan dan senantiasa mencintai serta mendahulukan kepentingan institusi di atas kepentingan dirinya sendiri.
  8. Bekerja dengan tujuan yang jelas dan dengan konsisten dan konsekuen berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai dan melampaui target yang ditetapkan.
  9. Menunjukkan sikap bijaksana dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran dan hasil kerja optimal untuk kemajuan institusi.
  • Fathonah

Setiap muslim senantiasa melakukan hal-hal berikut;

  1. Melaksanakan tugas-tugasnya dengan standard kualitas tinggi sesuai dengan visi, misi dan tujuan institusi.
  2. Menyadari sepenuhnya bahwa berdisplin tinggi dan mematuhi peraturan institusi merupakan bagian hakiki dari sikap dan cara kerja yang prfesional.
  3. Bekerja secara inovatif dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan untuk mencapai peningkatan kualitas dirinya.
  4. Berusaha untuk menempatkan diri sebagai bagian dari khairu ummah, bekerja secara kreatif dan inovatif untuk menemukan dan mengembangkan berbagai bentuk hasil kerja dan pelayanan unggul.
  5. Terbuka terhadap gagasan baru dan memiliki kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan secara cepat, tepat dan akurat.
  6. Melaksanakan tugas-tugasnya dengan motivasi tinggi, bekerja keras, cerdas, dan tangkas untuk mencapai prestasi optimal.
  7. Menyadari sepenuhnya bahwa untuk memenuhi misi institusi dibutuhkan sikap yang proaktif dan kreatif dalam memajukan institusi.
  8. Meningkatkan kualitas akhlak, kecerdasan dan kemampuannya secara menyeluruh sebagai upaya untuk menempatkan diri sebagai pekerja yang profesioanl.
  9. Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip etika, moral, kejujuran, dan kesungguhan.
  • Amanah

Setiap muslim senantiasa melakukan hal-hal berikut:

  1. Menyadari sepenuhnya bahwa bekerja itu adalah amanah, sehingga senantiasa bekerja dan berusaha untuk meningkatkan kualitas hasil pekerjaannya dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab.
  2. Memiliki etika yang tinggi, mengahargai semangat kerja kelompok, sehingga merasa bertanggung jawab dan ikut aktif dalam membina kualitas kelompoknya.
  3. Bekerja saling menghormati, partisipatif, dan kooperatif untuk mencapai hasil kerja kelompok yang optimal dan berkualitas.
  4. Menjadikan semangat musyawarah merupakan ciri kepribadian dirinya dalam memecahkan persoalan-persoalan pekerjaaan.
  5. Menyatakan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaaan dan senantiasa meningkatkan mutu pekerjaan dan pelayanan di segala bidang secara tepat, cepat dan akurat.
  6. Memelihara semangat dan gairah yang sangat tinggi untuk memberikan pelayanan prima.
  7. Tidak pernah mengkomersialkan jabatannya dan atau memanipulasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, karena hal tersebut merupakan pengkhianatan terhadap amanah Allah.
  8. Memelihara kualitas lingkungan kerja yang kondusif, menghindari segala bentuk pergunjingan, situasi konflik, serta perbuatan lain yang akan mengganggu institusi dan kewibawaan institusi.
  9. Berteguh hati dan penuh rasa tanggung jawab memelihara harta dan kepentingan institusi yang merupakan amanah pada dirinya.
  • Tablig

Setiap muslim senantiasa melakukan hal-hal berikut;

  1. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang unggul, menunjukkan keteladanan (uswatun hasanah), sehingga dirinya menjadi panutan, baik di lingkungan kerja maupun dalam pergaulannya dalam masyarakat.
  2. Menyadari bahwa dirinya adalah khalifah fil ardhi “pemimpin di muka bumi” yang senantiasa harus menunjukkan sikap tingkah laku sesuai prinsip akhlakul kharimah.
  3. Saling menolong dan saling membina satu dengan lainnya karena disadari bahwa keberadaanya dalam institusi adalah hasil kerja bersama.
  4. Menghargai pendapat orang lain dan berkomunikasi empati atas dasar kasih sayang dan etika yang luhur.
  5. Memiliki pengendalian diri yang tinggi dalam menghadapi kondisi kerja yang menekan.
  6. Menjadikan proses belajar dan mengajar sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan.
  7. Merasakan misi dirinya sebagai duta institusi di tengah-tengah pergaulan masyarakat, sehingga dengan misinya tersebut tumbuhlah citra positif masyarakat terhadap institusi.

 

BAB III          PENUTUP

 

1.             KESIMPULAN

Islam sangat menekankan dan mengedepankan profesionalitas dalam rangka menghadapi dan merespon tantangan di era globalisasi ke depan yang penuh dengan persaingan ketat. Di era globalisasi sekarang ini persaingan sangat ketat,sehingga persoalan kemampuan dan keahlian atau profesionalitas menjadi suatu tuntunan dan keharusan yang mesti dikedepankan dan bukan lagi saatnya dan tidak lagi relevan mengedepankan persoalan latar belakang kedaerahan,misalnya latar belakang etnis,keturunan,golongan,dan lain-lain.

Dalam profesinalitas ini, ada tiga hal yang terkandung didalamnya yang antara satu dengan lainnya saling terkait yaitu pertama, mempumyai keahlian dan peguasaan pada suatu bidang tertentu dengan dilandasi oleh kapasitas kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua,mempunyai etika dan moral (akhlak). Ketiga,memberikan pelayanan dan maslahat kepada orang lain,masyarakat,dan lingkungan. Dan ketiga-tiganya ini harus terpadu.

Professional yang dimilikinya itu dapat memberikan manfaat tidak hanya pada diri sendiri, tapi juga untuk orang lain, masyarakat, dan lingkungannya, baik pada skala kecil maupun pada skala yang lebih luas dan besar seperti untuk kepentingan bangsa dan Negara.

 

2.             DAFTAR PUSTAKA

Sayadi,Wajidi.2009.Hadis Tarbawi.Jakarta:Pustaka Firdaus

Abdullah Asy-Syaqaawi.2011.Agar Anda KayaBarokah. Surabaya:Pustaka Yassir

Dipublikasi di Me's | Meninggalkan komentar

Nasikh

PEMBAHASAN MATERI

  • Pengertian Naskh

Secara lughawi ada empat makna yang sering diungkapkan ulama, yaitu sebagai berikut:

Izalah (menghilangkan), seperti dalam Q.S Al-Hajj ayat 52.

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”[1]

Tabdil (pengganti), seperti dalam Q.S An-Nahl ayat 10. 

Artinya : “Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja’. Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui.”[2]

  1. Tahwil (memalingkan), seperti tanasukh Al-mawarits, yang memiliki makna memalingkan pusaka dari seseorang kepada orang lain.
  2. Naql (memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain), seperti nasakhtu Al-Kitaba, yakni mengutip atau memindahkan isi tersebut berikut lafazh dan tulisannya.
  3. Mengkhususkan (Tahshish) yaitu mengkhususkan / menspesifikkan pembahasan ayat menjadi lebih terperinci sehingga lebih mudah dipahami[3].

Menurut terminologi, para ulama mendefinikan nasakh, dengan redaksi yang sedikit berbeda, tapi dengan pengertian yang sama dengan: “raf’u Al-hukum Al-Syar’il bil Al-Khitab Al-Syar’i (menghapuskan hukum syara dengan khitab yang syara pula) atau “raf’u Al-hukum Al-Syar’il bi Al-dalil Al-Syar’i (menghapuskan hukum syara dengan dalil syara yang lain).[4]

Quraish Shihab menyatakan bahwa antara mutaqaddimin dan muta’akhkhirin tidak sepakat dalam memberikan pengertian naskh secara terminologi. Ulama-ulama mutaqaddimin memperluas arti naskh hingga mencakup:

  1. Pembatalan hukum yang ditetapkan olehhukum yang menetapkan;
  2. Pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang spesifik yang datang;
  3. Penjelasan susulan terhadap hukum yang bersifat ambigius; danPenetapan syarat bagi hukum yang datang kemudian guna membatalkan atau merebut atau menyatakan berakhirnya masa berlakunya hukum terdahulu.

Para ahli fiqih menyatakan bahwa naskh bisa dibenarkan bila memenuhi criteria sebagai berikut:

  1. Pembatalan harus dilakukan melalui syara’ yang mengandung hukum dari Allah dan Rasul-Nya yang disebut nasikh (yang menghapus).
  2. Yan membatalkan adalah syara’ yang disebut mansukh (yang dihapus).
  3. Nasikh harus datang dari mansukh.

Ayat yang dipandang telah mansukh, menurut tilikan An-Nahas (388 H) berjumlah 100 ayat lebih. Ayat ini menurut pendapat An-Nahas berlawanan dengan ayat lain:

  1. As-Sayuthy (911 H) menjumlahkan ayat yang dihukum mansukh, yaitu sesudah beliau berusaha mempersesuaikan oleh mufassirin yang lain sebanyak 20 ayat saja.
  2. Asy-Syaukany (1250 H) berpendapat bahwa ayat yang tak dapat kita sesuaikan hanya berjumlah 8 ayat. 12 ayat yang menurut As-Sayuthy tak dapat dipersesuaikan dapat dipersesuaikan oleh Asy-Saukany.
  3. Abu Muslim Al-Asfahany (322 H) berkata jika dihukum ada dalam Al-Quran ayat yang telah mansukh berartilah membatalkan sebagian isinya. Membatalkan itu berarti menetapkan bahwa di dalam Al-Quran ada yang bathal (yang salah). Padahal Allah telah berfirman menerangkan sifat Al-Quran:

Artinya: “Yang tidak datang kepadanya (Al Quraan) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”[5]

  • Rukun dan Syarat Naskh
  1. Adat naskh, adalah pernyataan yang menunjukkan adanya pembatalan hukum yang telah ada.
  2. Nasikh, yaitu dalil yang mehapus hukum yang telah ada.
  3. Mansukh, yaitu hukum yang dibatalkan, dihapuskan, atau yang dipindahkan.
  4. Mansukh anh, yaitu orang yang dibebani hukum.
  • Adapun syarat-syarat naskh adalah:
    • Yang dibatalkan adalah hukum syara’.
    • Pembatalan itu datangnya dari hukum syara’.
    • Pembatalan hukum tidak disebabkan oleh berakhirnya waktu pemberlakuanhukum.
    • Tuntuntan yang mengandung naskh harus datang terakhir.
  • Cara Mengetahui Nasikh dan Mansukh
  1. Penjelasan langsung dari Rasulullah.
  2. Dalam suatu naskh terkadang terdapat keterangan yang menyatakan bahwa salah satu naskh diturunkan terlebih dahulu.
  3. Berdasarkan keterangan dari periwayat hadits yang menyatakan satu hadits dikeluarkan tahun sekian dan hadits lain dikeluarkan tahun sekian.

Al-Qaththan menambahkan bahwa nasikh tidak bisa ditetapkan melalui prosedur ijtihad, pendapat ahli tafsir, karena adanya kontradiksi antara beberapa dalil dilihat dari latar belakangnya keislaman seseorang dari pembawa riwayat.

  • Perbedaan antara Naskh, Taskhsish, dan Bada’

Ibnu Katsir dan Al-Maraghi menetapkan adanya pembatalan hukum dalam Al-Quran. Namun, menurut Al-Ashfahani menyatakan bahwa Al-Quran tidak pernah disentuh pembatalan. Pada umumnya, dia sepakat mengenai perluasan makna naskh menurut para ulama.Namun menurut Ibnu Katsir dan Al-Maraghi makna tersebut merupakan naskh, sedangkan menurut Al-Ashfani memandang hal tersebut merupakan takhshish.

 Perbedaan antara naskh dan takshshish adalah sebagai berikut:

Naskh

  1. Satuan yang terdapat dalam naskh bukan merupakan begian satuan yang terdapat dalam mansukh.
  2. Naskh adalah menghapuskan hukum dari seluruh satuan yang tercakup dalam dalil mansukh.
  3. Naksh hanya terjadi dengan dalil yang datang kemudian.
  4. Naskh adanya menghapuskan hubungan mansukh dalam rentang waktu yang tidak terbatas.
  5. Setelah terjadi naskh, seluruh satuan yang terdapat dalam mansukh.

Takshshish

  1. Satuan yang terdapat dalam takhshish merupakan sebagian dari satuan yang terdapat dalam lafadzh’amm.
  2. Takhshish adalah hukum dari sebagian satuan yang tercakup dalam dalil’amm.
  3. Takhshish dapat terjadi baik dengan dalil yang kemudian maupun menyertai dan mendahului.
  4. Takhshish tidak menghapuskan hukum ‘amm sama sekali. Hukum ‘amm tetap berlaku meskipun sudah dikhususkan.
  5. Setelah terjadi takhshish, sisa satuan yang terdapat.

Sedangkan bada’ menurut sumber kamus yang mansyhur adalah azh-zhuhur ba’da al-khafa’ yakni menampakkan setelah bersembunyi. Definisi ini tersirat dalam Q.S. Al-Jatsiyyah ayat 33.

Artinya: “Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya.”[6]

Arti lain yaitu ‘nasy’ah ra’yin lam yaku maujud yakni munculnya pemikiran baru setelah sebelumnya tidak terlintas. Definisi ini tersirat dalam Q.S. Yusuf ayat 35.

Artinya: “Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu.”[7]

 

  • Dasar-dasar Penetapan Nasikh-Mansukh

 

Manna’ Al-Qaththan menetapkan tiga dasar untuk menegaskan bahwa suatu ayat dikatakan nasikh (menghapus) ayat lain mansukh (dihapus), antara lain:

a)         Melalui pentransmisian yang jelas dari nabi atau para sahabatnya,

b)        Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan ayat itu masuk mansukh, dan

c)         Melalui studi sejarah, ayat yang lebih belakang turun disebut nasikh, sedangkan ayat yang duluan turun disebut mansukh.

Al-Qaththan menanmbahkan bahwa nasikh tidak bisa ditetapkan melalui prosedur ijtihad, pendapat ahli tafsir, karena adanya kontradiksi antara beberapa dalil dilihat dari lahirnya atau belakangnya keislaman salah seorang dari pembawa riwayat.

 

  • Perbedaan Pendapat tentang Adanya Ayat-ayat Mansukh dalam Al-Quran

 

Perbedaan menurut para ulama tentang ekstitensi naskh dalam Al-Quran, yaitu sebagai berikut:

o  Menerima keberadaan naskh dalam Al-Quran. Untuk memperkuat pendapatnya, mereka berargumentasi naqliah yang mereka kemukakan dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 106.

Artinya: “Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?”

Adapun dalil-dalil yang mereka kemukakan adalah sebagai berikut:

a)         Naskh tidak boleh merupakan hal yang terlarang menurut akal pikiran, dan setiap yang tidak dilarang berarti boleh.

b)        Jika naskh tidak dibolehkan akal dan tidak terjadi dalam naskh, syari tidak boleh memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya dengan perintah sementara dan melarangnya dengan larangan sementara.

c)         Jika naskh tidak boleh menurut akal dan terjadi menurut sam’iyat, tidak akan ditetapkan risalah Nabi Muhammad SAW., kepada seluruh alam, sedangkan semua risalah berlaku bagi seluruh alam dengan dalil yang pasti.

d)        Terdapat dalil yang menunjukkan naskh terjadi menurut naskh.

o   Menolak keberadaan naskh dalam Al-Quran. Beberapa ulama sependapat dengan Al-Ashfani bahwa naskh memiliki makna bukan sebagai pembatalan, melainkan sebagai pergantian, pengalihan, dan pemindahan ayat hukum di satu tempat kepada ayat hukum di tempat lain[8].

  • Bentuk-bentuk dan Macam-macam Naskh dalam Al-Quran

a)    Menurut kejelasan dan cakupannya, dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

  • Naskh Sharih, ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat pada ayat terdahulu. Q.S Al-Anfal ayat 65 tentang perang (qital) yang mengharuskan satu orang muslim melawan sepuluh kafir.

Artinya: “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.”

  • Naskh Dhimmy, terdapat dua naskh yang saling bertentangan dan tidak dikompromikan dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama, serta kedua-duanya diketahui waktu turunnya, ayat yang datang terakhir datang kemudian menghapus ayat yang terdahulu.
  • Naskh Kully, menghapus hukum yang sebelumnya secara keseluruhan.
  • Naskh Juz’iy, menghapus hukum yang berlaku bagi semua individu dengan hukum yang berlaku bagi sebagian individu, atau menghapus hukum yang bersifat mutlaq dengan hukum yang muqayyad. 

b)   Menurut segi bacaan dan hukumnya dibagi menjadi 3 model, yaitu:

  • Naskh al-tilawah wa al-hukm ma’an yaitu penghapusan terhadap hukum dan bacaan secara bersamaan. Contohnya pernikahan saudara sepersusuan 10 dilarang akhirnya menjadi 5 kalo. Seperti yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim, yaitu hadits ‘Aisyah r.a. “Dahulu termasuk yang diturunkan (ayat Al-Quran) adalah sepuluh radha’at (isapan menyusu) yang diketahui, kemudian di nasakh oleh lima (isapan menyusu) yang diketahui. Setelah Rasulullah wafat, hukum yang terakhir tetap dibaca sebagai bagian Al-Quran.”
  • Naskh al-Hukm wa baqa al-tilawah yaitu penghapusan terhadap hukumnya saja, sedangkan bacaan tetap ada. Seperti ajakan para penyembah berhala dari kalangan musyirikin kepada umat Islam untuk saling bergantian dalam beribadah, telah dihapuskan oleh ketentuan ayat qital (peperangan).
  • Naskhu al- tilawah wa baqa al-hukm, penghapusan terhadap bacaan saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku. Contohnya diambil dari ayat rajam, yang mulanya ayat rajam terbilang ayat Al-Quran. Ayat yang dinyatakan mansukh bacaannya, sementara hukumnya tetap berlaku adalah ‘Jika seorang pria tua dan wanita tua berzina, maka rajamlah keduanya….’.[9]

c)    Menurut otoritas dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

  • Naskh Al-Quran dengan Al-Quran.

Seluruh ulama sepakat akan kebolehannya.

  • Naskh Al-Quran dengan As-Sunnah.

Bagi kalangan Hanafiyah, naskh semacam ini diperkenankan bila sunnah yang menghapusnya sunnah mutawatir atau masyhur.

  • Naskh As-Sunnah dengan Al-Quran.

Naskh semacam ini benar terjadi, misalnya penghapusan kiblat shalat ke Bait Al-Muqaddas menjadi Ka’bah. Tetapi, Asy-Syafi’i menolak penghapusan semacam imi.

  • Naskh As-Sunnah dengan As-Sunnah.

Bagi Al-Qaththan pada dasarnya ketentuan naskh dalam ijma’ dan qiyas itu  tidak ada dan tidak diperkenankan.

 

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Nasikh memiliki beberapa pengertian diantaranya yakni Izalah, Tabdil, Tahwil, dan Naql. Pendekatan eksternal antaragama, antara syariat nabi/rasul Allah yang satu dengan syariat nabi/rasul Allah yang lain. Sejarah panjang nasikh mansukh yakni persoalan nasikh mansukh tidak sebatas dengan penurunan Al-Quran, akan tetapi jauh melampaui masa-masa sebelum iu, yaitu pada masa penurunan kitab suci Al-Quran di satu pihak serta penurunan kitab Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil (Perjanjian Baru).

Nasikh mansukh dalam konteks eksternal agama yang lazim dikenal dengan sebutan al-bada’ diperselisihkan oleh pemeluk agama itu sendiri tentang kemungkinannya. Islam sangat memungkinkan keberadaan nasikh mansukh eksternal agama baik secara nalar (dalil ‘aqli) maupun berdasarkan pendengaran atau periwayatan secara (dalil naqli).

Dengan mengetahui, memahami ilmu nasikh mansukh dalam Al-Qur’an kita akansemakin yakin bahwa al-Qur’an diturunkan dari Allah SWT. Dan semakin kuat pula keyakinan bahwa Al-Qur’an merupakn mukjizat yang paling agung.

Syarat dan sifat sebagai nasakh, karena hal itu mengandung pembatalan yang zhahir dan penjelasan terhadap apa yang dimaksudkannya. Dengan demikian, nasakh dalam pandangan mereka adalah penjelasan tentang maksud suatu dalil dengan tidak mempergunakan lafazh tersebut, akan tetapi dengan suatu perkara yang di luar itu. Orang yang mengamati pendapat mereka akan melihat hal itu sebagai sesuatu yang tidak terbatas, dan hilanglah macam-macam bentuk (rekaan) yang dituntut oleh karena diartikannya pendapat mereka pada istilah baru yang muncul kemudian.

  1. Referensi

Loies, W. 2011. Modul Perkuliahan Program Studi Pendidikan Agama Islam. Bekasi.

Muhammad Hasbi, Tengku. 1990. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran. Jakarta:Bulan-Bintang

http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/2


 

[1]Al-Quran. Q.S. Al-Hajj:52

[2]Al-Quran. Q.S.An-Nahl:10

[3] http://www.scribd.com/doc/40092356/ILMU-NASIKH-MANSUKH

[4]W.Loies, Modul Perkuliahan Program Studi Pendidikan Agama Islam, 2011, hlm. 65

[5]Al-Quran. Q.S. Fush-Shilat:42

[6]Al-Quran. Q.S. Al-Jatsiyyah: 33

[7]Al-Quran. Q.S. Yusuf: 35

[8]W.Loies, Modul Perkuliahan Program Studi Pendidikan Agama Islam, 2011,  hlm. 68-70

[9]W.Loies, Modul Perkuliahan Program Studi Pendidikan Agama Islam, 2011, hlm. 70-73

Dipublikasi di Me's | Meninggalkan komentar

Ayat dan Surat Al-Quran

PEMBAHASAN MATERI

  1. Ayat Al-Quran
  • Pengertian Ayat
  1. Menurut Bahasa atau Etimologi

Kata ayat (ﻴﺔ ﺍ) menurut pengertian bahasa memiliki beberapa pengertiansebagai berikut:

  • Berarti mukjizat, yaitu keadaan luar biasa yang tidak dapat ditiru oleh manusia.Hal ini misalnya terlihat dalam  surat Al-Baqarah ayat 211.

 Yang artinya:“Dan nabi mereka mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat keterangan dari tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, tabut itu dibawa oleh malaikat.” (Qs. Al-Baqarah:248).[2]

  • Berati ‘ibrah atau pelajaran. Pengertian ini antara lain terdapat di dalam surat Al-Nahl ayat 67. Allah SWT berfirman dalam surat Al Al-Nahl ayat 67.

Yang artinya: “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan..” (Qs. Al-Nahl:67).[3]

  •  Berarti sesuatu yang menakjubkan, seperti tercantum dalam surat Al-Mu’minin ayat 50.

Yang artinya: “Dan telah Kami (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Qs. Al-Mu’minun:50).[4]

  •  Berarti dalil atau bukti, seperti dipergunakan oleh ungkapan Al-Quransurat Ar-Ruum ayat 22.

Yang artinya “Dan diantara bukti-bukti (dalil) adanya Allah dan kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi serta beraneka ragam bahasamu dan warna kulit.Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Qs. Ar-Rum 22).

  •  Berarti golongan. Sebagaimana perkataan mereka “Suatu kaum keluar bersama kelompok mereka”, yang memiliki maksud tak satu pun dari mereka yang tinggal.[5]

Hal ini dapat dirangkaian dalam suatu ungkapan, yaitu bahwa adanya pengertian serupa itu adalah sejalan dengan hakikat dari Al-Quran itu sendiri. Al-Quran adalah merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw yang tidak dapat ditandingi manusia yang merupakan suatu tanda atau alamat yang menunjukkan kebenaran kenabian Muhammad SAW yang membawa dan menyampaikan ayat-ayat itu.

  1. Menurut Terminologi

Ayat yaitu suatu kelompok kata yang memiliki awal dan akhir yang masuk dalam suatu surat al-Quran. Menghubungkan makna etimologis dehingga saling berhubungan satu sama lain.

  1. Menurut Ahli Tafsir

Adapun pengertian ayat menurut istilah Ahli Tafsir, ialah beberapa jumlah, atau susunan perkataan yang mempunyai permulaan dan penghabisan yang dihitung sebagai suatu bahagiaan dari surat.

  • Cara Menghitung Ayat

Di dalam menghitung ayat-ayat Al-Quran dijumpai adanya perbedaan pendapat di antara para ulama. Perbedaan pendapat itu karena sebagian memandang ada yang termasuk fawatihus Suwari = pembuka-pembuka suratseperti Alif-Lam-mim sebagai suatu alat tersendiri, sedang ulama lain tidak menjadikannya hal itu sebagai suatu ayat sendiri. Dengan demikian terjadilah perselisihan dalam menghitung banyak ayat Al-Quran, sebagai menghitung ayat dengan jumlh ayat yang banyak, sedangkan sebagaian lain dengan jumlah yang sedikit. Sebab lainnya adalah karena berbeda pendapat dalam menentukan ayat yang fashilah.

Adapun yang di maksud dengan fashilah adalah suatu istilah yang diberikan kepada kalimat yang merupakan akhir ayat, dan mempunyai nilai dalam menyempurnakan arti dan mempunyai pengaruh dalam susunan kalam.[6]

  • Susunan Ayat

Yang dimaksud dengan susunan ayat disinilah ialah tertib atau urutan ayat-ayat Al-Quranul karim yang secara jelas dan gamblang telah ditunjukkan oleh sejarah, bahwa Al-Quran itu,baik ayat-ayatnya maupun surat-suratnya tidak tersusun menurut kronologis (urutan) turunnya.[7]

Umumnya para ahli sependapat bahwa susunan ayat-ayat Al-Quran yang kita baca sekarang adalah dikerjakan oleh Rasulullah saw di bawah pimpinan ilahi. Mereka juga mengatakan bahwa bukan hanya bacaan Al-Quran saja yang berdasarkan atas petunjuk ilahi, melainkan juga penyusunan dan pengumpulannya pun berdasarkan petunjuk ilahi kepada Nabi-Nya.

Sementara As-Suyuthi mengatakan bahwa susunan ayat Al-Quran telah disepakati oleh para ulama, bahkan oleh semua ummat islam, bahwa ia tersusun atastaufik dari nabi, sedangkan mengenai susunan surat-surat sebagaimana telah disebutkan diatas, masih ada ulama yang berpendapat bahwa hal itu berdasarkan pada hasil ijtihad para sahabat.

  • Jumlah Ayat Al-Quran

o    Menurut An-Nawawiy dalam at-Tiban, bahwa jumlah ayat al-Quran disepakati jumlahnya 6200 ayat lebih.

o    Menurut Hitungan Ulama Madinah ada sekitar 17, ini dibenarkan oleh Nafi’. Namun menurut Syaibah ada 14 dan menurut Abu Ja’far ada 10.

o    Menurut Hitungan Ulama Makkah ada 20. Menurut hitungan ulama kufah ada 36, ini semua diriwayatkan oleh Hamzah az-Zayyat.

o    Menurut Hitungan Ulama Bashrah ada 5, ini diriwayatkan oleh ‘Ashim al-Jahdariy.

o    Menurut Hitungan Ulama Syam ada 26, ini diriwayatkan oleh Yahya ibn al-Haris adz-Dzimariy.[8]

  • Faedah Mengetahui Ayat
  1. Setiap tiga ayat pendek merupakan mukjizat bagi Nabi saw. Artinya satu ayat panjang sebanding dengan ketiga ayat pendek tersebut.
  2. Kebaikan waqaf pada setiap ujung ayat bagi orang yang berpendapat bahwa waqaf fashilah-fashilah hukumnya sunnah.
  3. Sahnya sejumlah ayat di dalam shalat dan khutbah.
  • Urutan Ayat Al-Quran

Ijma’ ulama mengatakan bahwa urutan ayat sebagaimana yang telah ada di mushhaf adalah berdasarkan tauqif Nabi saw dari Allah SWT. Ra’yu dan Ijtihad tidak mendapatkan kesempatan di dalamnya. Jibril membawa ayat-ayat itu kepada Rasulullah dan memberikan bimbingan letak ayat itu di dalam suratnya.

Penghimpunan di masa Abu Bakar dan Usman adalah tidak lebih dari sekedar penyalinan dari lempengan batu dan semacamnya atau dari shahifah ke dalam mushhaf. Kedua penghimpunan itu tetap berdasarkan pada urutan yang dihafal berasal dari Nabi saw dari Allah SWT.

Menurut Abu Ja’far dan al-Zarkasyi bahwa urutam ayat terjadi dengan tauqif dari Rasulullahsaw, tanpa ada khilaf sedikitpun di kalangan umat Islam. Dalilnya yaitu:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Nahl:90)

  1. Surat-surat Al-Quran
  • Pengertian Suratdan Penetapan Nama-namanya

Dari segi asal kata (etimologi), surat adalah bahasa arab dalam bentuk tunggal (mufrad-singular) yang bentuk jamak (plural) adalah suwar yang berarti kedudukan, atau tempat yang tinggi. Hal ini dinisbatkan kepada Al-Quran, dimana ia turunkan dari tempat yang tinggi, yang dikenal dengan nama lauh mahfudz, mungkin semacam disket dalam sistem komputer yang amat terpelihara dan apik.

Selain itu pula pendapat yang mengatakan bahwa secara bahasa surat mengandung arti yaitu tempat atau kedudukan. Pengertian serupa ini pun tampaknya juga relevan dengan kenyataan surat-surat Al-Quran yang ada tempatnya masing-masing, yaitu tempat satu surat setelah surat yang lain, yang dengan yang lainnya terpisah.

Dalam pada itu kata surat itu berarti pagar. Hal ini didasarkan pada alasan, bahwa kata surat itu berasal dari kata yang berarti pagar. Pagar itu pada lazimnya berfungsi memelihara dan melindungi segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Dalam kenyataannya, Al-Quran adalah tersusun rapi dan berfungsi sebagai pagar-pagar yang membentengi Nabi Muhammad saw yang datang menyampaikan Al-Quran dari Allah. Atau juga dapat dipahami bahwa Al-Quran dari kelompok-kelompok ayat yang masing-masing telah dipagari dengan rapi dan kuat. Tak ubahnya seperti pagar sebuah kota yang salah satu fungsinya adalah sebagai benteng dari seragam musuh, maka surat-surat Al-Quran pun berfungsi sebagi pagar atau benteng dari setiap serangan yang dilakukan oleh orang-orang durhaka kepada Allah SWT. 

Dalam firman Allah SWT, surat At-Taubah ayat 64.

Yang artinya: “Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: ‘Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya).’ Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.”(Qs. At-Taubah:64).

Surat Muhammad ayat 20.

Yang artinya : “Dan orang-orang yang beriman berkata:’Mengapa tiada diturunkan suatu surat?’ Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. “ (Qs. Muhammad:20).

Dan surat An-Nuur ayat 1.

Yang artinya: (ini adalah) suattu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada didalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatnya (Qs. An-nur:1).

Pada surat At-taubah ayat 64 diatas,kata surat berarti keterangan,penjelasan dan pembongkaran terhadap apa saja yang tersembunyi dalam hati manusia. Pengertian pada lazimnya sering kita jumpai dalam kenyataan hidup, dimana berkat bukti-bukti tertulis sepert halnya surat, maka suatu sikap atau pengakuan seseorang atau sesuatu perbuatan dapat diketahui. Dengan kata lain bahwa tulisan itu dapat menjadi petunjuk yang kuat dari sikap atau isi hati seseorang. Seperti seseorang yang sedang bercintaan, ia menggunakan surat untuk menyatakan isi hatinya.

Selanjutnya kata-kata surat pada surat Muhammad ayat 20 dapat berarti intruksi, perintah melaksanakan tugas dari atasan kepada bawahannya. Hal itu juga lazim digunakan dalam kehidupan yang berkenaan dengan tugas-tugas, sering meemakai surat sebagai alat untuk memerintah, seperti surat perintah penangkapan, surat perintah bongkar, surat jalan, dan lain-lain. Didalam Al-Quran sendiri surat-surat yang ada di dalamnya memang berisikan perintah agar manusia mau melaksanakan ketentuannya demi kebahagiaan hidupnya.

Dalam pada itu kata surat terdapat di dalam surat An-Nuur ayat 1 di atas, berarti hukum-hukum yang wajib dilaksanakan. Yaitu hukum tertulis sebagaimana terdapat di dalam Al-Quran. Hukum secara tertulis ini pun termasuk sesuatu yang lazim digunakkan oleh masyarakat yang sudah maju sehingga dapat di pelajari dan di telaah secara seksama.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa secara bahasa, surat dapat berarti kedudukan, tempat yang tinggi, pagar, keterangan, intruksi dan hukum-hukum. Semua pengertian dapat digunakan dan semua pengertian itu dapat dijumpai di dalam Al-Quran.

o  Menurut Aljabar, dalam kitab Al-burhan fi ulum Al-Quran, juz 1, halaman 246 surat adalah:

Yang artinya: sekelompok (ayat-ayat Al-Quran) yang berdiri sendiri yang mempunyai permulaan dan tertutup.

o  Sedangkan menurut Az-zarqani dalam kitab Manahilah al-‘irafa fi ulum al-Quran, juz 1, halaman 350, surat adalah:

Yang artinya: batasan (pengertian) surat ialah kelompok ayat-ayat Al-Quran yang mencakup sejumlah ayat dan mempunyai permulaan serta penutup.[9]

Pada definisi pertama di atas surat diartikan sebagai kelompok ayat-ayat yang mempunyai permulaan dan akhir. Pengertian ini dalamkenyataannya demikian, yaitu bahwadalam setiap surat terdapat ayat-ayat, yang dapat diketahui dengan mudah tentang awal dan akhirnya ayat tersebut. Demikian pula definisi yang kedua di atas menggambarkan bahwa surat itu adalah kumpulan dari sejumlah ayatyang memiliki permulaan dan penutup. Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa surat adalah kumpulan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki permulaan dan penutup  sehingga dengan mudah dapat dibedakan antara satu surat lainnya.

  • Susunan surat

Yang dimaksud dengan susunan surat dsini ialah tertib atau urtan surat-surat Al-Quranul karim yang secara jelas telah ditunjukkan bahwa surat-surat tersebut tidak tersusun berdasarkan kronologis turunnya.

Firman Allah swt, dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-18:

Yang artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (Qs. Al-Qiyamah:17-18).

Menurut Muhammad Ali, lebih lanjut bahwa ayat tersebut merupakan salah satu wahyu permulaan yang menerapkan bahwa Al-Quran menjadi satu jilid yang di susun dari bermacam-macam ayat adalah selaras dengan rencana Ilahi yang dilaksanakan atas pemimpinnnya. [10]

 

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Tiap-tiap surat yang ada di dalam Al-Quran yang dimulai dengan kata pembukaan yang berbeda-beda. Menurut bahasa, surat dapat berarti kedudukan, tempat yang tinggi dan pagar. Sedangkan menurut istilah yang dikemukakan oleh para ahli. Diantara ulama ada yang berpendapat bahwa surat adalah sekumpulan ayat-ayat Al-Quran yang berdiri sendiri yang mempunyai permulaan dan penutup. Surat yang ada didalam Al-Quran itu berjumlah 114 buku yang masing-masing mempunyai nama yang berbeda-beda.

Menurut bahasa,ayat dapat diartikan mujizat, tanda, alamat, ibrah (pengajaran), sesuatu yang menakjubkan, atau dalil atau bukti yang meyakinkan. Misi Al-Quran yaitu hakikatnya Al-Quran adalah merupakan mujizat nabi Muhammad saw yang tidak ddapat ditandingi oleh manusia biasa. Didalamnya mengandung pelajaran atau ibrah yang sangat berguna bagi kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

  1. Daftar Pustaka

http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/75

Loeis, Lc., MA, Wisnawati, 2011, Modul Perkuliahan Program Studi Pendidikan Agama Islam Ulumul Quran

 Moh. Amin, Dr., H., dkk, Quran Hadist


 

[1] Al-quran online, Al-Baqarah;211

[2] Al-quran online, Al-Baqarah;248

[3] Al-quran online, Al-Nahl;67

[4] Al-quran online, Al-Mu’minun;50

[5] Wisnawati Loeis, Modul Perkuliahan Program Studi Pendidikan Agama Islam hlmn;25

[6] Moh. Amin, dkk, Quran Hadist

[7] Moh. Amin, dkk, Quran Hadist

[8] Wisnawati Loeis, Modul Perkuliahan Program Studi Pendidikan Agama Islam hlmn;26

[9] Moh. Amin, dkk, Quran Hadist

[10] Moh. Amin, dkk, Quran Hadist

Dipublikasi di Me's | Meninggalkan komentar

Tujuan Pendidikan ISlam

BAB I

PENDAHULUAN

 Pengantar

Masuknya Islam ke Indonesia memberi pengaruh pada budaya, ekonomi, serta perbedaan dalam cara pandang. Termasuk dalam bidang pendidikan, menurut catatan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan damai sehingga pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak lama. Peran pedagang dan mubaligh sangat besar dalam menyebarkan agama Islam. Salah satu tahap Islamisasi yakni melalu bidang pendidikan.

Unsur dasar pendidikan yakni ada lima dasar, diantaranya unsur pemberi dan penerima, adanya tujuan baik, cara atau jalan yang baik, dan unsur konteks positif (Muhadjir, 1987:15). Jika kelima unsur tersebut dikaitkan dengan aktiviktas para pedagang dan mubaligh, maka kegiatan positif tersebut masuk ke dalam kegiatan pendidikan.

Maka dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam telah banyak mengambil peranan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tertera dalam pembukaan Undang – undang Dasar 1945. Namun selain itu, terjadi pula dinamika perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu caranya dengan memasukan pendidikan Islam dalam subsistem pendidikan nasioanl.[1]

Pendidkan adalah upaya mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna dalam etika, sistematika dalam berpikir, giat dan berkreasi, serta memiliki toleransi dengan yang lain, berkompetensi memiliki dalam mengungkapkan bahasa lisan dan tulis ,dengan dibekali keterampilan-keterampilan.

Pendidikan memiliki nilai yang strategis dalam pembentukan suatu bangsa. Pendidikan pula berupaya untuk menjamin kelangsungan kehidupan bangsa tersebut. Menurut Undang – undang No. 20 Tahun 2003 yang mengatur mengenai strategi pengembangan, pelaksanaan pendidikan agama harus menghasilkan akhlak yang mulia.

 Kajian atau Bahasan

Dari pembahasan di atas maka dapat disajikan beberapa materi dalam pembahasan, diantaranya sebagai berikut:

  1. Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam maka dibahaslah beberapa pengertian pendidikan.
  2. Membahas tentang pengertian pendidikan Islam.
  3. Menguraikan tentang dimensi utama tujuan pendidikan Islam.
  4. Menjabarkan tujuan pendidikan Islam menurut beberapa ahli dan pandangan umum.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 Pendidikan Islam

  1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hiduap dan kehidupan manusia. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia, yang bertujuan untuk membimbing dan melatih agar dapat hidup mandiri.

Menurut John Dewey, pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup (Zakiah Darajat, 1983:1).[2] Pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama untuk memperkenalkan kepada generasi muda pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat.

Hasan Langgulung mengartikan pendidikan dari sisi fungsi, pertama dari pandangan masyarakat, yang menjadi tempat bagi berlangsungnya pendidikan sebagai satu upaya penting pewarisan kebudayaan yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi muda agar kehidupan masyarakat tetap berlanjut. Kedua, dari sisi kepentingan individu, pendidikan berarti upaya pengembangan potensi – potensi tersembunyi yang dimiliki manusia.[3]

Jadi, pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebuah aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya, sehingga membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi.

  1. Pengertian Pendidikan Islam

Kata ‘Islam’ dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami, pendidikan yang berdasarkan Islam. Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan terma yang beragam, yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim, dan at-ta’dib dengan makna dan pemahaman yang berbeda – beda.

Pemakaian ketiga istilah tersebut dikaji berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah memberikan pemahaman yang luas tentang pengertian pendidikan Islam, secara filosofis pun akan memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana sebenarnya hakikat dari pendidikan islam.

Kata at-tarbiyah jika disamakan dengan bentuk madhi-nya rabbayani dalam Q.S. Al-Isra ayat 24, yakni,

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

Dalam hadits Nabi Muhammad SAW., digunakan makna rabbaniyyin dan rabbani, yakni,

“Jadilah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqh, dan berilmu pengetahuan. Seseorang disebut rabbani jika ia telah mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan, dari sekecil – kecilnya sampai menuju yang lebih tinggi.” (H.R. Bukhari dari Ibn’ Abbas).

Sedangkan kata ta’lim berasal dari kata ‘allama yang berart proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Menurut Q.S. Al-Baqarah ayat 31, yaitu,

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar’”.

Dan kata ta’dib mengandung makna sebagai proses pengenalan dan pengakuan secara berangsur – angsur yang ditanam dalam diri manusia tentang tempat – tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, kemudian membimbing dan mengarahkannya pada pengakuan dan pengenalan kekuasaan serta keagungan Allah SWT., di dalam tatanan wujud dan keberadaan-Nya.[4]

Pendidikan Islam adalah aktiviktas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian muslim, baik yang berkenaan dengan dimensi jasmani, rohani, akal, maupun moral. Pendidikan Islam sebuah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek jasmani, rohani, dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga, dan masyarakat Islami.

3. Dimensi Utama Tujuan Pendidikan Islam

Islam menerapkan pendidikan pada tujuan utamanya adalah pengabdian kepada Allah secara optimal. Dengan berbekalkan ketaatan diharapkan manusia dapat menempatkan garis kehidupannya sejalan dengan pedoman yang telah ditentukan Sang Pencipta. Tujuan pendidikan Islam memiliki karakteristik yang ada kaitannya dengan sudut pandang tertentu. Secara garis besar tujuan pendidikan Islam dapat dilihat dari tujuh dimensi utama yang mengacu kepada tujuan pokok yang khusus, antara lain sebagai berikut:

  1. Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia. Dipandang sebagai upaya menempatkan manusia pada statusnya sebagai makhluk yang diciptakan. Pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia.
  2. Dimensi Tauhid. Dimensi ini mengacu kepada upaya pembentukan sikap taqwa. Pendidikan ini ditujukan untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa.
  3. Dimensi Moral. Menurut M. Quraish Shihab, dimensi ini mengacu kepada tiga kecenderungan utama, yaitu benar, baik, dan indah. Manusia pada dasarnya cenderung untuk senang dengan yang benar, baik, dan indah.

Dimensi moral dinilai berguna dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Dengan melalui pendekatan ini, diharapkan kepribadian peserta didik akan selaras dengan fitrahnya.

  1. Dimensi Perbedaan Individu. Dimensi ini dititikberatkan pada bimbingan dan pengembangan potensi fitrah manusia dalam statusnya sebagai insan. Tujuan pendidikan Islam dalam hal ini dihadapkan pada pencapaian target perkembangan maksimal dari potensi fisik, mental, dan spiritual, dengan mempertimbangkan perbedaan individu.
  2. Dimensi Sosial. Dalam kaitannya dengan kehidupan. Dimensi ini mengarah pada pembentukan manusia sosial yang memiliki sifat takwa sebagai dasar sikap dan perilaku. Dimana manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama – sama.
  3. Dimensi Profesional. Dimensi ini diarahkan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan bakatnya masing – masing, dengan harapan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki. Kemampuan profesional yang dimiliki harus diarahkan kepada dua nilai pokok yaitu keimanan dan aktiviktas yang bermanfaat.
  4. Dimensi Ruang dan Waktu. Dimensi ini sejalan dengan tataran pendidikan Islam yang prosesnya terentang dalam lintasan ruang dan waktu yang cukup panjang. Konsep ini menunjukkan bahwa rangkaian rentang waktu dalam kehidupan manusia. Kehidupan yang konsisten dengan syari’at yang diharapkan akan memberidampak yang sama dalam kehidupan akhirat, yaitu keselamatan dan kesejahteraan.[5]

 Tujuan Pendidikan Islam

  1. Pandangan Para Ahli

Dasar kehidupan adalah pandangan kehidupan. Dalam Du Bois, T.S Eliot menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Tujuan hidup manusia menurut Allah SWT ialah beribadah kepada-Nya. Dalam Q.S. Al-Dzariyat ayat 56, Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُ وْنِ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakanjin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Menurut Marimba, tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Berbeda dengan Marimba, Munir Musyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan manusia sempurna diakhir tujuan. Sedangkan menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan sebenarnya dalam pendidikan Islam yaitu terwujudnya manusia sebagai hamba Allah Swt. Pendidikan menurutnya harus bisa menjadikan manusia yang menghambakan diri kepada Allah.

Menurut Al-Syaibani, tujuan pendidikan Islam merupakan sebuah tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani, dan rohani, dan kemampuan – kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat. Serta yang berkaitan dengan masyarakat yang mencakup tingkah laku masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.[6]

  1. Menurut M. Athiyah Al-Abrasyi
  • Jiwa pendidikan Islam adalah budi pekerti

Para ahli pendidkan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan Islam bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka dengan menanamkan rasa fadilah, membiasakan mereka dengan kesopanan, mempersiapkan mereka dengan kehidupan yang suci seluruhnya dan jujur serta ikhlas. Maka dengan jelas tujuan pokok pendidikan Islam adalah mendidik jiwa atau akhlak.

  • Memperhatikan Agama dan Dunia

Ruang lingkup pendidikan dalam pandangan Islam tidak sempit hanya semata keahirat dan keduniaan, namun Rasullah memikirkan keduannya tanpa meremehkan alam dunia atau ahirat beliau berkata “Bekerjalah untuk dirimu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk ahiratmu seakan-akan engkau mati besok“.

  • Memperhatikan segi-segi manfaat

Dalam pandangan Islam pendidikan tidak hanya tertuju kepada moral/ahlak, dan jiwa semata, namun Islam tidak melemahkan dengan segi kemanfaatan ilmu pengetahuan seperti ketrampilan, hal ini nyata sekali dalam salah satu surat Umar bin Khattab kepada wali-wali (gubernur – gubernur) “Amma ba`du, ajarlah anak-anakmu berenang,mengendarai kuda, dan riwayatkan kepada mereka ibarat-ibarat yang baik dan syair-syair yang indah“. Kesempuranaan manusia tidak akan serasi kecuali meselaraskan/menserasikan antara agama dan ilmu.

  • Mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu itu saja

Islam memandang mempelajari ilmu untuk ilmu itu sendiri, sehingga hasil yang dicapai pendidikan Islam, banyak menakjubkan, seperti seni budaya yang diciptakan oleh seniman Islam selalu tidak dapat dibanding dengan hasil seni yang lainnya. Untuk itu pendidikan adalah pendidikan yang ideal, di mana ilmu diajarkan karena ia mengandung kelezatan – kelezatan rohaniah. Namun disamping itu tidak berarti mereka mengesampingkan dalam usaha mencari rezki sama sekali.

  • Pendidikan kejuruan, pertukangan untuk mencari rezeki

Pendidikan Islam tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk mencari kehidupannya dengan jalan mempelajari beberapa bidang pekerjaan, industri, dan mengadakan latihan-latihan. Tujuan ini nyata sekali dari ucapan Ibnu Sina “Bila seorang anak sudah selesai belajar Al Quran, mengahapal pokok- pokok bahasa, setelah itu barulah ia mempelajari apa yang akan dipilihnya menjadi bidang pekerjaannya, dan untuk itu haruslah ia diberi petunjuk“. Untuk itu pendidikan Islam mengutamakan pendidikan akhlak, Namun tidak melepaskan dari usaha untuk mencari rizki dengan menuntut ilmu keterampilan, seni, jasmani, akal, hati, kemauan, cita-cita, lidah, dan kepribadian. Maka dengan jelas menurut Al Abrasyi tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia memeiliki kepribadian secara utuh jasmani dan ruhaniah, serta memeiliki persiapan yang lengkap menghadapi hidup dan kehidupan.

  1. Pandangan Umum

Namun secara garis besar tujuan pendidikan islam, yaitu menciptakan manusia yang berakhlak Islam, beriman, bertaqwa dan meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan mampu membuktikan kebenaran tersebut melalui akal dan rasa di dalam seluruh perbuatan dan tingkah lakunya sehari-hari.

Program pendidikan Islam berkembang terus, sebagaimana dilambangkan oleh perkembangan lembaganya, yaitu lembaga pesantren muncul madrasah, kemudian muncul Sekolah Islam dan bahkan Perguruan Tinggi Islam.

Dengan peninjauan memperbaharui rumusan tujuan strategis dari pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang menciptakan manusia berakhlak Islam, beriman dan bertaqwa yang meyakininya sebagai suatu kebenaran dan membuktikannya dalam perbuatan. Dengan perkataan lain pendidikan islam harus berorientasi ke masa yang akan datang, karena sesungguhnya anak didik masa kini adalah bangsa yang akan datang. Bandingkan dengan hadits berbunyi, “Didiklah anak-anak kamu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman mereka sendiri.” (Al-hadits)

Konsep pendidikan hendaknya juga berfungsi sebagai suatu dasar yang dapat dikembangkan lebih lanjut didalam proses belajar seseorang, baik secara formal maupun secara informal atau non- formal terus menerus selama hidupnya sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi, “Carilah ilmu sejak engkau berada di buaian sampai lubang kubur.” (Al-Hadits)

Pada akhirnya pendidikan Islam diharapkan dapat menghasilkan manusia yang secara sadar mampu mengucapkan kalimat seperti dalam Alquran surat Az-zukhruf 43: 9-13 yang artinya: “Dan sungguh jika kami tanyakan kepada mereka:” siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: semuanya diciptakan oleh yang maha perkasa lagi yang maha mengetahui.” Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempar untuk menetap dan Dia membuat jalan di atas bumi untuk kamu, supaya kamu mendapat petunjuk. Dan yang menurunkan air menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak untuk kamu tunggangi. Supaya kamu duduk diatas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk diatasnya, dan supaya kamu mengucapkan: Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.”[7]

Tujuan pendidikan Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Alquran disebut “muttaqin”. Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Ini sesuai dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan pendidikan yang akan membentuk manusia pancasilais yang bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa.

Namun orang sangat membutuhkan pendidikan formal melalui sekolah, karena pendidikan formallah yang mempunyai tujuan yang jelas. Dalam pendidikan formal direncanakan dan diatur segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan, cara dan alat untuk mencapai tujuan itu, waktu dan tempat mencapai tujuan itu. Karena itu tujuan pendidikan islam dapat dicapai dengan pendidikan formal. Sedangkan pendidikan formal itu dicapai dengan pengajaran. Ini berarti bahwa tujuan pengajaran ialah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan pengajaran Islam juga untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, yaitu berkepribadian muslim. Selain itu, tujuan pendidikan Islam bersumber pada  ajaran Islam yaitu Alquran dan  Sunah Nabi. Bagi orang Islam, ajaran Islam merupakan filsafat dan pandangan hidup. Selaku warga Negara Indonesia maka pancasilalah yang menjadi pandangan hidup itu dan sumber tujuan pendidikan nasional dalam ketetapan MPR dan Undang-undang pendidikan.

Sebagai umat Islam yang menjadi warga Negara Indonesia, tujuan pendidikannya harus bersumber pada kedua filsafat dan pandangan hidup yaitu ajaran islam dan pancasila untuk membentuk manusia pancasilais yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu dalam tujuan pendidikan dan pengajaran agama Islam itu harus ada yang bersifat mengembangkan potensi yang sudah ada dalam diri manusia itu sendiri untuk memikirkan dan mewujudkan.[8]

Adapun ciri tujuan itu, selain dari ciri umum tujuan pendidikan dan pengajaran pada umumnya, ialah:

  1. Mudah dipahami, dapat dilaksanakan untuk menumbuhkan dan memperkuat iman, isi dan caranya harus bersifat manusiawi, sesuai dngan kodrat manusia sesuai umur dan tigkatannya.
  2. Tidak bertentangan dengan logika dan pertumbuha rasa keimanan seseorang.
  3. Sesuai dengan umur kecerdasan dan tingkat perkeembangan keyakinan terhadap ajaran Islam.
  4. Mendukung terlaksanya ajaran Islam yang amaliah.
  5. Untuk mencapai tujuan itu tidak memerlukan alat atau penjelasan yang merusak atau mengurangi citra kesucian Islam.

Kemudian tujuan pendidikan agama Islam itu harus berisi hal-hal yang dapat menumbuhkan dan memperkuat iman serta mendorong kepada kesenangan mengamalkan ajaran agama Islam. Proses pelaksanaan mencapai tujuan itu hendaknya sekaligus membina keterampilan mengamalkan ajaran islam itu. Tujuan itu hendaknya mengandung sifat pemberian dan penanaman ilmu agama dan keterampilan mengamalkan ajaran agama. Tujuan itu hendaknya meliputi pembinaan manusia sebagai makhluk individu yang hidup sesuai dengan kodrat yang dibawanya sejak lahir. Karena ia juga sebagai makhluk sosial, tujuan itu juga harus meliputi pembinaan manusia sebagai makhluk sosial yang dapat hidup baik di tengah-tengah manusia lainnya.

Tujuan itu juga harus mengandung unsur pembinaan tenaga professional, kelak ia dapat hidup dan bekerja mencari alat pemenuh kebutuhan hidupnya secara wajar. Karena pendidikan itu adalah suatu usaha membentuk manusia dengan menyiapkan dirinya untuk kehidupan nanti, maka tujuannya harus mengandung sesuatu yang memberi bahan dan kemungkinan untuk dapat hidup dengan baik sebagai suatu individu dan anggota masyarakat, berguna bagi diri pribadi dan masyarakatnya, dapat bekerja mencari  nafkah yang halal sesuai dengan ajaran Islam, tidak menjadi beban dan tanggungan masyarakat, ikhlas dan senang menjalankann ajaran Islam dan yakin akan kebenarannya.

Untuk itu tujuan pendidikan ajaran Islam itu harus mengandung bahan pelajaran yang bersifat menumbuhkan dan memperkuat iman, membekali dan memperkaya ilmu agama, membina keterampilan beramal, dan menumbuhkan serta memupuk rasa sosial dan sifat terpuji. Secara umum dan ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan islam itu hharus mengandung berbagai aspek pembinaan manusia seutuhnya, sehingga nantinya ia dapat hidup dengan baik sebagai manusia pancasilais yang bertaqwa kepada Allah menurut ajaran Islam.[9]

 

BAB III

PENUTUP

Review Pembahasan

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hiduap dan kehidupan manusia. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia, yang bertujuan untuk membimbing dan melatih agar dapat hidup mandiri.Pendidikan Islam adalah aktiviktas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian muslim, baik yang berkenaan dengan dimensi jasmani, rohani, akal, maupun moral. Pendidikan Islam sebuah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek jasmani, rohani, dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga, dan masyarakat Islami.

Secara garis besar tujuan pendidikan Islam dapat dilihat dari tujuh dimensi utama yang mengacu kepada tujuan pokok yang khusus, antara lain dimensi hakikat penciptaan manusia, dimnsi tauhid, dimensi moral, dimensi perbedaan individu, dimensi sosial, dimensi professional, dan dimensi ruang dan waktu.

Tujuan pendidikan Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Alquran disebut “muttaqin”. Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Ini sesuai dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan pendidikan yang akan membentuk manusia pancasilais yang bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa.

Pendidikan Islam tidak hanya merupakan proses peningkatan intelek dan ilmu pengetahuan, akan tetapi merupakan pembetukan pribadi yang melambangkan nilai Islam. Oleh karena itu ilmu pengetahuan mengandung tata-hubungan antara pengetahuan, kebenaran dan pendidikantata-hubungan antara makhluk dengan Khaliqnya. Pendidikan hendaknya bertujuan untuk membina keseimbangan kepribadian manusia melalui latihan jiwa, intelek, rasio, rasa, dan kepekaan indera untuk mengabdi kepada Allah.

Pendidikan menurut Islam adalah sarana untuk melatih badan (fisik), pikiran dan jiwa dengan menerapkan berbagai ilmu pengetahuan, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah. Ilmu fardhu ‘ain, seperti rukun Islam yang diwajibkan bagi setiap orang, dan ilmu fardhu kifayah yang merupakan ilmu pilihan seseeorang diperlakukan untuk masyarakat dalam kehidupannya dan untuk melestarikan alam tempat hidupnya.

Ilmu pengetahuan yang memecahkan perpaduan norma tersebut atau yang memutuskan hubungan antara manusia dengan Allah menimbulkan kebingungan dan bahkan tuna-nilai dalam masyarakat khususnya umat islam.

Menurut Athiyah Al Abrasyi, tujuan pendidikan adalah jiwa pendidikan Islam adalah budi pekerti, memperhatikan Agama dan Dunia, memperhatikan segi-segi manfaat, mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu itu saja, serta pendidikan kejuruan, pertukangan untuk mencari rezeki. Dengan tegas beliau menggaris bawahi tujuan pendidikan secara umum dengan catatan bahwa pendidikan Islam bertujuan lebih jauh dan lebih mendasar yaitu memeperbaiki akhlak. Mensucikan rohani, mencapai fadillah, mencapai akhlak yang mulia, ikhlas dengan tidak mengabaikan aspek yang lain.sehingga kehidupan dunia tidak terabaikan sebagai jembatan menuju kehidupan ahirat.

Tujuan pendidikan agama Islam itu harus berisi hal-hal yang dapat menumbuhkan dan memperkuat iman serta mendorong kepada kesenangan mengamalkan ajaran agama Islam. Proses pelaksanaan mencapai tujuan itu hendaknya sekaligus membina keterampilan mengamalkan ajaran Islam itu. Tujuan itu hendaknya mengandung sifat pemberian dan penanaman ilmu agama (kognitif) dan keterampilan mengamalkan ajaran agama (psikomotor).

Kesimpulan

Pendidikan merupakan sebuah hal mutlak yang menjadi prioritas utama di zaman ini. Dengan adanya pendidikan, manusia berharap kualitas SDM bisa dipertanggungjawabkan serta memberi perubahan yang signifikan. Pendidikan memiliki nilai yang strategis dan urgen dalam pembentukan suatu bangsa. Pendidikan pula berupaya menjamin kelangsungan hidup bangsa. Sebab melalui pendidikanlah akan diwariskan serta terciptanya nilai – nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut.

Program pendidikan Islam yang telah berlangsung sejak masuknya agama Islama berkembang terus, sebagaimana dilambangkan oleh perkembangan lembaganya, yaitu lembaga pesantren muncul madrasah, kemudian muncul dalam Sekolah Islam dan bahkan Perguruan Tinggi Islam. Pendidikan Islam yang diakui dalam sistem pendidikan nasional kini diakui sebagai lembaga dalam keberadaan lembaga pendidikan Islam secara tegas. pendidikan Islam sebagai mata pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pendidikan yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Dengan demikian tujuan pendidikan ajaran Islam itu harus mengandung bahan pelajaran yang bersifat menumbuhkan dan memperkuat iman, membekali dan memperkaya ilmu agama, membina keterampilan beramal, dan menumbuhkan serta memupuk rasa sosial dan sifat terpuji. Secara umum dan ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan islam itu hharus mengandung berbagai aspek pembinaan manusia seutuhnya, sehingga nantinya ia dapat hidup dengan baik sebagai manusia pancasilais yang bertaqwa kepada Allah menurut ajaran islam.

Referensi

Al-Quran

Darajat, Zakiah. et.all. 1997. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Departemen Agama RI.

Darajat, Zakiah. et.all. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, Departemen Agama RI.

Daulay, Haidar Putra. MA. 2004. Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rajawali Pers.

Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mahmud, M. Si. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


 

[1] Haidar Putra Daulay, MA. Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2004. Hlmn. 4.

[2] Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2003. Hlmn. 67.

[3] Mahmud, M. Si. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011. Hlmn. 20-21.

[4] Mahmud, M. Si. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011. Hlmn. 22-24.

[5] Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2003. Hlmn. 93-101.

[6] Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hlmn. 46-47.

[7] Zakiah darajat, et.all. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Departemen Agama RI.1997. Hlmn. 143-145.

[8] Zakiah Darajat, et. All. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.2001. Hlmn. 72-78.

[9] Zakiah Darajat, et. All. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.2001. Hlmn. 75.

Dipublikasi di Me's | Meninggalkan komentar

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia, yang bertujuan untuk membimbing dan melatih agar dapat hidup mandiri. Pendidikan pula sudah menjadi prioritas utama untuk mencapai sebuah cita – cita, serta menjadi acuan untuk bisa melangkah menuju masa depan.
Di negara berkembang, pendidikan sudah merata untuk setiap warga negaranya, karena bagi mereka pendidikan adalah sebuah tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Sedangkan di Indonesia, pendidikan kini dikenal dengan sebutan wajib belajar 9 tahun. Dimana pendidikan ini bisa dan wajib ditempuh untuk setiap lapisan anak bangsa dengan bantuan dana BOS. Namun pada kenyataan, ada saja permasalahan yang ditimbulkan sehingga wajib belajar 9 tahun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tindak kecurangan yang dilakukan berbagai oknum sudah merugikan dunia pendidikan dan merugikan setiap anak bangsa yang tidak mendapatkan haknya. Hak untuk mengenyam pendidikan dan pengajaran dalam menuntut ilmu.

Di dalam Undang – undang Dasar 1945 pun dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas – luasnya untuk mengikuti pendidikan dasar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang – kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
Dengan mendapatkan haknya sebagai penuntut ilmu, kebingungan tetap saja terjadi bagi penuntut ilmu. Apa yang sebenarnya dicari dalam menuntut ilmu? Apakah dalam menuntut ilmu, kita sebagai penuntut ilmu hanya mencari gelar saja? Menuntut ilmu untuk mendapatkan masa depan yang cerah, kedudukan yang enak dan layak, atau hanya untuk mencari pujian dari orang lain. Di dalam pemerintahan, untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, kita diwajibkan memiliki ijazah, memiliki nilai yang mutlak, memiliki gelar, seperti yang tertera dalam lowongan pekerjaan gelar adalah syarat utama tanpa memperhatikan kemampuan dan kecakapan.

Oleh karena itu, penulis berusaha menciptakan bagaimana solusi yang kita ambil sebagai penuntut ilmu dalam memperoleh ilmu, bahwa ilmu bukan saja mencari gelar ataupun ijazah tetapi memang benar – benar membutuhkan ilmu yang bisa dijadikan bekal kita dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Serta menunjukan bahwa penuntut ilmu memiliki kemampuan dan tidak semua dinilai dari sebuah gelar maupun ijazah.

Tujuan Penulisan
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai penulis yakni diantaranya:
1.Untuk memahami pendidikan sesuai dengan Undang – undang Dasar 1945
2.Untuk mengerti permasalahan dalam dunia pendidikan yang telah melanda Indonesia
3.Untuk memberikan solusi dan pemecahan masalah

Pendidikan Berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945
Pendidikan merupakan sarana utama di dalam upaya meningkatkan kualitas SDM. Tanpa pendidikan akan sulit diperoleh hasil dari kualitas SDM secara maksimal. Melihat tujuan nasional dalam pembukaan Undang – undang Dasar 1945 bahwa Undang – undang Dasar 1945 mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diridhai Allah SWT.

Dengan adanya tujuan nasional, timbullah hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang sudah diatur oleh hukum dan tentunya bersifat mengikat. Kebutuhan akan pendidikan hal yang tidak dapat dipungkiri, bahkan semua merupakan hak warga negara Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam UUD’45 pasal 32 ayat 1, “Tiap – tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.”

Mari kita menilik sejenak tentang pendidikan yang ada dinegara kita, apakah telah baik sistem pendidikannya, atau para pendidiknya, atau para anak didiknya di negara kita. Yang pastinya semua orang mendambakan pendidikan yang layak, tidak ada diskriminasi satu dengan yang lainnya. Sebagaimana yang telah tercantum dalam Undang-undang dasar 1945 negara kita. Dimana seluruh warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Sebagaimana tercantum pada Pasal 32 Amandemen UUD 1945 Ayat 1 menyatakan, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 2 menyatakan, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Perintah UUD 1945 tersebut di perkuat melalui sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang disahkan 11 Juni 2003. Pasal 5 ayat 1 UU Sisdiknas menyebutkan, setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu, setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (pasal 6 ayat 1), pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberi layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi (pasal 11 ayat 1), serta pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun (pasal 11 ayat 2).

Seperangkat aturan diatas menjelaskan, bahwasannya pendidikan sangatlah penting bagi kebangkitan sebuah peradaban manusia. Dengan demikian, pendidikan yang ada di Indonesia tergantung pada bagaimana pemerintah bisa memberikan pendidikan yang layak bagi masyarakatnya. Karena banyak sekali orang yang belum bisa merasakan pendididkan, diakibatkan karena kurangnya biaya. Kalau kita melihat pada butir undang-undang yang menyatakan, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, akan tetapi pada kenyataannya semua warga negara belum bisa merasakannya. Maka hal ini, masih menjadi sebuah dilema yang terus menjangkit yang perlu pemecahan dan solusinya yang tepat. Keterlibatan oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab membuat masyarakat Indonesia kehilangan haknya dalam memperoleh pendidikan.

Pemerintah harus memberikan solusi yang tepat untuk kemajuan pendidikan tersebut. Karena sebuah negara akan mundur dan tidak akan maju, kalau pendidikannya tertinggal. Akan tetapi sebaliknya, negara akan cepat berkembang dan maju pesat jika dibarengi dengan pendidikan, dan sistem pendidikannya yang baik. Karena pendidikan merupakan sebuah tangga untuk menuju sebuah kebangkitan.

Pendidikan dan Karakter
Dilematis pendidikan saat ini tengah melanda setiap penuntut ilmu. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk membimbing manusia menuju kearah yang lebih baik. Pendidikan mengatur dan mengajarkan manusia agar menjadi lebih baik, tapi bukan sebaliknya. Akan tetapi pada zaman sekarang ini, malah sebaliknya pendidikan menjadikan manusia menjadi tidak baik. Pendidikan yang diharapkan yaitu akan menghasilkan karakter seseorang.

Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris “character” dan Indonesia “karakter”, Yunani “character” (dari charassein) yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Selanjutnya, karakter menurut Ryan dan Bohlin mengandung tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good) dan melakukan kebaikan (doing the good). Hal yang sama dengan pandangan ini adalah Thomas Lickona yang menyatakan bahwa pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik. Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Untuk mengatasi, mengembangkan dan membangun karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam bidang pendidikan, dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas, antara lain:
 Membiasakan hidup dan perilaku sesuai ajaran agama masing-masing
 Membudayakan kepedulian social
 Melindungi dan menjaga hubungan baik
 Mengembangkan sifat berbagi, bekerja sama dan adil
 Mengedepankan sifat jujur
 Mengedepankan emoral dan etika
 Mampu mengontrol dan introspeksi diri
 Pribadi yang suka menolong dan membantu orang lain
 Menghargai waktu dan mengisinya secara maksimal
 Mampu menyelesaikan masalah dan konflik social

Pendidikan seharusnya memberikan pengetahuan untuk bekal seseorang dalam bersosialisasi di masyarakat. Pendidikan pula akan menghasilkan seseorang yang berkualitas baik. Jika semua itu terjadi, pengangguran yang ada di Indonesia yang berjumlah 45,2 juta, diantaranya 6 juta sarjana dan 430.000 pengangguran tidak akan ada lagi. Seperti yang dijelaskan oleh Ust. Bagus Hernowo dalam Pesantren Entrepreneur, bahwa 80% sektor industri dikuasai oleh Cina dengan aset 20% untuk pribumi (negara) dan 80% untuk Cina.

Solusi dan Pemecahan Masalah
Inovasi adalah suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Tujuan dari adanya inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber – sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, serta tujuan yang direncanakan.

Kemajuan zaman seperti sekarang ini ditandai dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara akumulatif dan secara cepat jalannya. Dengan adanya inovasi terbaru dalam dunia pendidikan, diharapkan bisa menimbulkan seseorang dengan kualitas yang baik. Kemampuan yang dimiliki seseorang harus dikembangkan dalam lapangan pekerjaan.

Di Indonesia, pendidikan telah berlangsung selama peradaban manusia. Pendidikan yang ditempuh selama 6 tahun di Sekolah Dasar, 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama, 3 tahun di Sekolah Menengah Atas, serta bagi yang mampu akan melanjutkan ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Bagi mereka yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka berusaha dalam mencari pekerjaan ke perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesia.

Syarat dan ketentuan utama yang selalu tertera di dalam lembaran lowongan pekerjaan yaitu gelar dan ijazah. Belajar 12 – 17 tahun sekiranya yang dituju apakah hanya sebuah gelar atau ijazah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik? Di Indonesia, jawabannya adalah ya. Kenapa? Karena dengan memiliki titel yang lebih tinggi mereka akan mendapatkan pekerjaan atau posisi yang lebih tinggi. Lulusan D3/S1/S2 menjadi jaminan bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sedangkan lulusan SMP/SMA mendapat pekerjaan di bagian produksi.

Mendapatkan pekerjaan jika hanya dinilai melalui gelar ataupun ijazah tidak akan memperbaiki kondisi negara, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, bahkan efek yang tidak baik untuk masyarakat. Andaikan pendidikan di Indonesia disertai dengan pengembangan kemampuan, perusahaan – perusahaan yang ada pasti tidak mengutamakan gelar atau pun ijazah. Atau sebaliknya, mereka akan mampu menciptakan lapangan kerja yang baru. Sehingga mereka bisa mandiri dan bahkan akan memberi peluang pada orang lain untuk mendapatkan pekerjaan.

Setiap orang yang dilahirkan ke dunia pasti memiliki kemampuan dalam hal apa pun. Contoh yang dijadikan acuan untuk pengembangan kemampuan. Yu Min Hong, seorang guru terkaya di China dan salah seorang yang sukses berkat filsafat. Memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris membuatnya bisa dan berani mengembangkan kemampuannya. Diawali dengan bercita – cita mengelilingi dunia dan berpendapat harus bisa bekerja sebagai tour guide. Namun, kerja kerasnya untuk menjadi tour guide tidak membuahkan hasil. Berusaha terus – menerus memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengelilingi dunia.

Akhirnya karena sebuah pengalaman yang ia dapat dari orang tuanya saat membangun tembok untuk berlindung, dari tembok yang kecil menjadi tembok yang besar jika dilakukan dengan sungguh – sungguh. Dari pengalaman tersebut, dengan kemampuan bahasa Inggrisnya ia mulai mengumpulkan anak – anak di sekeliling rumahnya untuk diajarkan bahasa Inggris. Anak – anak yang ia ajarkan mulai terlihat kecakapan dalam berbahasa Inggris. Mulailah tersebar kemampuan Yu Min Hong sehingga ia menjadi seseorang yang sukses dengan memiliki sekolah (Bendera New Oriental Education & Technology Co Lid) yang berjumlah lebih dari 1000 bangunan sekolah, lembaga pendidikan atau bimbel, dan lebih dari 3 juta siswa.

Dari contoh tersebut, dijelaskan bahwa setiap orang yang memiliki kemampuan jika mengembangkan kemampuan yang mereka miliki pasti akan meraih apa yang dinginkan. Tanpa melihat ijazah atau pun gelar, kita bisa mencapai tujuan dari perubahan inovasi. Dari hal yang kecil akan menjadi besar asalkan tekun dalam mengembangkan potensi yang ada di dalam diri seseorang.

Dilihat dari sudur pandang yang berbeda, pendidikan yang baik diharapkan benar – benar bisa memberikan pengaruh yang positif. Pendidikan juga diharapkan dapat memberikan kita bekal untuk bersosialisasi di masyarakat. Sehingga peran kita sebagai seseorang yang pernah mengenyam dunia pendidikan, bermanfaat melalui potensi atau kemampuan yang dimiliki. Semakin baik tingkat pendidikan masyarakat, semakin maju pula bangsanya. Oleh karena itu, tidak mengherankan di negara yang berkembang sangat memperhatikan usaha pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai.

Kesimpulan
Pendidikan menjadi tolak ukur untuk mengembangkan potensi seseorang. Potensi – potensi yang diharapkan yaitu bisa berkembang di masyarakat dan bisa memiliki masa depan yang cerah. Namun, kenyataannya pendidikan yang terjadi sekarang – sekarang ini, menempuh pendidikan hanya untuk mencari gelar dan ijazah. Ijazah dan gelar dijadikan modal utama dalam mencari pekerjaan, meskipun tidak semua seperti itu.
Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, pendidikan yang baik diharapkan benar – benar bisa memberikan pengaruh yang positif. Pendidikan juga diharapkan dapat memberikan kita bekal untuk bersosialisasi di masyarakat. Sehingga peran kita sebagai seseorang yang pernah mengenyam dunia pendidikan, bermanfaat melalui potensi atau kemampuan yang dimiliki.
Pendidikan merupakan sarana utama di dalam upaya meningkatkan kualitas SDM. Tanpa pendidikan akan sulit diperoleh hasil dari kualitas SDM secara maksimal. Melihat tujuan nasional dalam pembukaan Undang – undang Dasar 1945 bahwa Undang – undang Dasar 1945 mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum
Dengan adanya tujuan nasional, timbullah hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang sudah diatur oleh hukum dan tentunya bersifat mengikat. Kebutuhan akan pendidikan hal yang tidak dapat dipungkiri, bahkan semua merupakan hak warga negara Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam UUD’45 pasal 32 ayat 1, “Tiap – tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.”
Inovasi adalah suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Kemajuan zaman seperti sekarang ini ditandai dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara akumulatif dan secara cepat jalannya. Dengan adanya inovasi terbaru dalam dunia pendidikan, diharapkan bisa menimbulkan seseorang dengan kualitas yang baik. Kemampuan yang dimiliki seseorang harus dikembangkan dalam lapangan pekerjaan.
Belajar 12 – 17 tahun sekiranya yang dituju apakah hanya sebuah gelar atau ijazah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik? Solusi untuk penanganan hal tersebut diantaranya:
Adanya inovasi baru di dunia pendidikan sehingga menghasilkan seseorang yang berkarakter.
Berusaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman.
Kemampuan yang dimiliki dikembangkan dalam membuka lapangan pekerjaan baru sehingga memberi peluang untuk orang lain.
Bisa membuktikan bahwa tanpa memiliki gelar maupun ijazah, mereka bisa bersaing dalam memperoleh pekerjaan.

Daftar Pustaka
http://www.karyatulisilmiah.com/urgensi-pendidikan-karakter-bagi-masa-depan-bangsa-indonesia.html
Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.
Undang – undang Dasar 1945.

Dipublikasi pada oleh jstories | Meninggalkan komentar

Lirik Gita Gutawa – Rangkaian Kata

Image

Kau pernah bilang cinta
Akulah satu-satunya
Kau bilang ku sempurna
Kau cinta aku selamanya

Dan kau tuliskan lagu
Semua tentang diriku
Kau katakan padaku
Jangan ragukan cintamu

Semua hanya rangkaian kata
Yang kau sebar ke semua wanita
Ooh bodohnya aku sempat percaya

Kamu..
Sempat buatku berpikir semua
Yang kita punya nyata
Kamu..
Dan semua kata-katamu semua
Palsu

Kau pernah bilang aku
Istimewa di hidupmu
Tak kan ada yang mampu
Gantikan cintaku padamu
Kau tatap mataku
Kau bilang hatimu untukku
Kau berjanji padaku
Takkan pernah pergi dariku

Semua hanya rangkaian kata
Yang kau sebar ke semua wanita
Ooh bodohnya aku sempat percaya

Kamu..(kamu..)
Sempat buatku berpikir semua
Yang kita punya nyata
Kamu.. (kamu..)
Dan semua kata-katamu semua
Palsu

Dipublikasi di Me's | Meninggalkan komentar

Send It On – Demi Lovato, Miley Cyrus, Selena Gomez, and Jonas Brother

Image

 

A word’s, just a word
‘Till you mean what you say
And love, isn’t love
‘Till you give it away
We’ve all got to give
Yeah something to give
To make a change

Send it on
On and on
Just one hand can heal another
Be apart
Reach your heart
Just one spark stars a fire
With one little action
The chain reaction will never stop
Make it Strong
Shine a Light and Send it On

Just smile (just smile)
And the world (and the world)
Will smile along with you
That small act of love
That’s meant for one will become two
If we take the chances
And change circumstances
Imagine all we can do
If we…

Send it on
On and on
Just one hand can heal another
Be apart
Reach your heart
Just one spark stars a fire
With one little action
The chain reaction will never stop
Make it Strong
Shine a Light and Send it On
Send it on

There’s Power in all of the choices we make
So i’m starting now there’s not a moment to wait
A word’s, just a word
‘Till you mean what you say
And love, is no love
‘Till you give it away

Send it on
On and on
Just one hand can heal another
Be apart
Reach your heart
Just one spark stars a fire
With one little action
The chain reaction will never stop
Make it Strong
Shine a Light and Send it On
Send it on

Send it on
On and on
Just one hand can heal another
Be apart
Reach your heart
Just one spark stars a fire
With one little action
The chain reaction will help things start
Make it Strong
Shine a Light and Send it On
Shine a Light and Send it On
Shine a Light and Send it On

Dipublikasi di Me's | Meninggalkan komentar

Aku duduk di tepi kolam ikan, memperhatikan ikan yang berenang bebas tidak ada yang melarang. Dia mau bergerak ke sana, ke sini, bersembunyi di balik tembok yang dibentuk seperti goa – goa kecil, hilang timbul di permukaan air. Ah, alangkah bahagianya menjadi ikan. Aku memberi mereka makan dan kembali memperhatikan mereka berebut makanan. Rasanya aku ingin tenggelam dan tak akan muncul lagi. Berat menerima kenyataan ini, meski sudah sedikit lega jika mengingat kejadian semalam.
“Minum ini aja, pasti lebih tenang.” Segelas coklat panas yang diberikan perempuan itu di saat hujan benar – benar membuatku tenang. Meski tidak dengan pundaknya, tapi aku merasakan hal yang berbeda dengan suasana yang beda pula. Dia tersenyum. Dia tidak berkata banyak, tapi membuatku lupa dengan ucapan Om Satyo. Aku ingin tertawa jika mengingatnya, dia memang polos dan terkadang kepolosannya membuat dia terlihat bodoh karena ulahnya.
Perempuan penikmat coklat itu cantik dan lugu. Tak tahu gimana awalnya aku bisa jatuh hati padanya. Sempat terpikir olehku untuk mengutarakan isi hati, tapi lagi – lagi tak berhasil. Semua karena aku ingat apa yang dia ucapkan pada temannya, ‘buat apa pacaran kalau masih ada keluarga dan teman – teman yang sayang sama kita apa adanya dan pastinya tulus. Engga ada kata putus, yang ada selamanya. Lagipula aku cuma mau belajar dan berusaha supaya bisa masuk pesantren setelah lulus SMA ini. Aku mau semakin dekat dengan Allah. Lagipula siapa yang mau pacaran sama aku, aku kan suka puisi, banyak yang bilang yang suka puisi itu, jadul banget.’
‘Aku mau menunggu waktu yang pas demi kamu, pink’. Itu jawabanku saat tahu hati ini tidak mungkin diutarakan secepat angin berhembus. Diri ini pun sadar ada dua sisi mata uang yang berbeda, tapi selalu dipaksakan untuk bersatu. Dia suka puisi, tentunya suka suasana tenang. Aku menyukai musik rock, jauh dengan suasana tenang. Aku selalu berusaha menetralkan apa yang kurasa, setiap kali bertemu dengannya ada saja ulah yang kubuat hingga akhirnya aku dan dia saling mengejek.

Detak jantung ini berirama semakin kencang setiap kali aku mengingatnya. Hujan, coklat, payung, dan dia tentunya. Laki – laki dengan bibit, bebet, dan bobotnya itu membuatku tersenyum bahkan tertawa jika menyebut namanya. Aku menyukainya, jelas aku menyukainya. Jika perlu diulang lagi, aku menyukainya. Meski harus aku akui, kita dari dua alam yang jelas berbeda. Dia penyuka rock dan aku puisi. Tapi memang apa salahnya jika dua dunia ini disatukan, pasti akan menjadi hal hebat. Tak ada yang menandingi.
“Mas Dewoo…”
Lagi – lagi aku melamun tentangnya. Saat dia tersenyum, tertawa, main gitar, main bola volly, dan tentunya saat aku dan dia beradu pandang lalu saling mengejek. Ah, betapa bahagianya jika mengingat semua itu. Eh, no, no, no, aku tidak boleh memikirkan hal seperti itu. Astagfirullah!
Tuk..tuk..tuk..
“Siapa?”
“Nino kak. Dipanggil ibu dan bapak, katanya ada yang mau diomongin.”
“Ada apa sih, No?” aku mengerutkan dahi, berpikir jika memang ada yang salah, tapi rasanya tidak ada.
Aku mengikuti Nino menuju teras rumah. Udara pagi hari yang segar dan harum bunga yang terhirup membuatku menikmati minggu pagi. Bapak dan ibu sudah duduk di bangku teras, dengan 4 gelas teh manis hangat dan 2 piring camilan di meja. Ibu tersenyum padaku dan menyenggol bapak yang sedang membaca koran. Bapak melipat koran dan meletakkannya dibawah meja. Aku semakin bingung, sebenarnya ada apa, apakah ada hal yang sangat penting. Entahlah, mau atau tidak mau aku harus hadapi.
“Sini, duduk cantik,” ajak ibu padaku. “Disamping ibu boleh, atau mau disamping bapak?”
Aku memilih duduk disamping bapak, “di sini aja bu, makasih. Kata Nino, ibu dan bapak panggil Mona, ada apa?”
“Begini sayang, kamu kan sudah lulus SMA, sekarang kamu mau lanjut kemana?” tanya bapak tanpa basa – basi.
“Oh tentang hal itu. Aku mau ke pesantren sewaktu SMP kemarin, yang dekat rumah nenek.”
“Kenapa? Bukannya kamu yang memilih pesantren sampai SMP, SMA lanjut di sekolah umum dan ke perguruan tinggi,” jelas ayah bingung.
Aku lalu bercerita betapa rindunya suasana pesantren dan kesenanganku menulis puisi di serambi masjid. Aku ingin satu atau dua tahun di pesantren lagi dan setelah itu aku baru melanjutkan ke perguruan tinggi. Rasanya masih saja ada ilmu agama Islam yang belum aku tahu. Meski bapak dan ibu sudah mengajari aku sejak kecil, tapi aku ingin sekali kembali ke sana.
Di pesantren aku melakukan banyak hal, dari mulai terbitnya matahari hingga tenggelamnya matahari, dari mengurusi ladang dan berternak, sampai mencuri – curi waktu hanya untuk bermain air di sungai. Sungainya tidak jauh, hanya beberapa meter dari pesantren. Airnya jernih, tak ada limbah sedikit pun. Warga di sekeliling pesantren juga memanfaatkan airnya, tapi tidak untuk mencuci di sungai. Karena jika mereka mencuci di sungai, airnya tidak akan jernih lagi, bahkan tidak bisa langsung di minum.
Banyak hal yang aku sampaikan pada bapak dan keputusanku hanya satu, kembali ke pesantren Kyai Hasan dan Nyai Lanih. Mereka berdua yang mengajarkanku untuk belajar hingga cita – cita tercapai. Kyai Hasan dan nyai Lanih seperti kedua orangtuaku, tak ada bedanya. Meski aku hanya salah satu santri, bagi mereka aku dan santri lainnya sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Tapi, setelah aku bercerita pada bapak dan ibu, aku tidak melihat ada keputusan baik. Sepertinya kali ini aku akan kecewa dengan keputusan bapak dan ibu.

Number forty-seven said to number three
“You’re the cutest jailbird I ever did see”
“I sure would be delighted with your company”
“Come on and do the Jailhouse Rock with me”
Let’s rock, everybody, let’s rock.
Everybody in the whole cell block
Was dancin’ to the Jailhouse Rock.
Lagu Elvis Presley terus mengalun dari mp4 di kamarku, sekencang mungkin agar tidak mendengar jika ada yang memanggil. Elvis Presley salah satu penyanyi rock kesukaanku. Kereenn! Satu kata yang tepat untuk bintang rock seperti dia. Aku ingin tenang hari ini, tanpa ada yang menggangu, hanya aku dan rock ‘n roll.
Musik rock selalu membuatku melupakan masalah yang ada. Seperti masalah yang satu ini, kenyataan yang harus aku jalani. Besok bapak akan operasi, seperti yang dikatakan om Satyo, bahwa bapak harus dioperasi daripada terus menerus tersiksa karena cuci darah. Semua berharap akan ada keajaiban yang bisa membuat bapak sembuh. Satu lagi yang membuatku gusar akhir – akhir ini, mengurusi perusahaan bapak yang bergerak di bidang trafel. Om Satyo bilang, aku harus mulai menguasai usaha bapak yang dirintis dari nol dan aku sudah didaftarkan di perguruan tinggi jurusan pariwisata. Mustahil. Bagaimana mungkin mendalami dunia yang tidak aku sukai? Aku mau musik, bukan pariwisata.
“AAAAAARRRRGGGGHHHHHH!!!!!!!”
Lagi – lagi aku harus menerima keputusan yang dibuat bapak, tidak yang lain. Sama halnya dengan menelan apa pun yang sudah ada dalam mulut kita, baik enak maupun tidak, manis atau pahit. Aku benci jika harus diatur seperti ini, aku bukan robot yang bisa menerima perintah begitu saja. Aku hanya manusia yang menyukai suatu hal yang luar biasa dan mencobanya untuk dilakukan. Bukan patuh dan payah seperti ini.
“Mas Dewo, ada apa??” bi Sunah datang dengan muka panik lalu mematikan mp4. “Mas Dewo engga apa – apa kan? Mas Dewo sakit?”
“Engga bi,” jawabku seadanya.
“Mas Dewo cerita dong sama saya ada apa, kali aja saya bisa bantu,” pinta bi Sunah seperti mengerti apa yang terjadi.
“Bi, bapak lagi apa?”
“Bapak tidur mas, tadi sehabis sarapan dan minum obat bapak langsung istirahat.”
“Bapak engga ke rumah sakit?”
“Tadi pak Satyo telepon, katanya bapak ke rumah sakit nanti malam mas. Sekarang saya disuruh siapin apa aja yang dibutuhin bapak selama di rumah sakit nanti. Terus pak Satyo juga bilang, telepon mas Dewo tapi engga diangkat – angkat, eh saya dengar mas Dewo teriak makanya langsung lari ke sini,” jelas bi Sunah.
Aku meraih handphoneku, 5 panggilan tak terjawab. Om Satyo.

“Kak, mau kemana?”
“Jalan – jalan No, suntuk di rumah.”
Aku mengeluarkan sepeda dari garasi dan mengayuhnya meninggalkan Nino yang menatapku terus. Aku berkeliling kompleks, menikmati suasana sore hari. Di lapangan kompleks, banyak anak – anak yang berlarian bermain sesuka hati mereka. Ibu mereka sesekali melihat anak – anaknya yang sedang bermain sambil bergosip artis ibukota. Melewati lapangan, aku melihat pembantu tetangga sebelah rumah sedang asyik mengobrol dengan pengurus kebun tetangga depan rumahku. Aku ingin tertawa, tapi ya sudahlah itu urusan mereka berdua.
Terus aku kayuh sepeda ini, sudah lama rupanya tidak berkeliling. Banyak teman – teman satu kompleks yang menyapaku dan kebanyakan bilang aku sombong, tidak mau main atau sekedar mengobrol dengan mereka. Aku tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka. Namun, aku berhenti mengayuh sepeda dan mengerem kuat – kuat di depan rumah berpagar hitam. Aku memperhatikan rumah itu dari luar, asri sekali.
Perempuan kira – kira berumur 38 keluar dengan membawa ember berisi air dan gayung. Perempuan itu menyirami bunga dan tanaman lainnya sambil tersenyum dan menyapa siapa saja yang lewat. Siapa perempuan itu, rasanya aku tak pernah tahu ada perempuan di rumah ini. Atau mungkin saja aku memang tak tahu isi rumah yang terlihat sangat nyaman, kecuali mas Dewo.
Aku kembali melanjutkan kayuhan sepeda hingga akhirnya tiba di taman kompleks. Memang taman ini dibuat agar penghuni kompleks bisa berkunjung kapan saja tanpa harus pergi ke taman kota. Taman ini cukup luas, dengan kolam ikan di tengahnya membuat taman ini semakin indah. Senja sebentar lagi datang, aku meraih gadget dan mulai menelusuri mesin pencari, google.
Mawar memang tak selamanya segar
Mawarpun akan layu jika sudah dipetik
Mawar tak akan selamanya bersama dengan mawar yang lain
Mawarpun pasti akan terpetik jika sudah waktunya
Mawar itu…
Mas Dewo?? Aku melihat ke segala arah, taman itu sepi. Hanya ada dua orang sahabat yang sedang mengambil foto bergantian, Giyana – teman Nino yang membaca novel –, aku, dan dia. Mas Dewo terlihat murung, lebih murung dibanding saat hujan malam itu. Dia terlihat kusut sekali, ada masalah apa sampai mas Dewo seperti itu. Hatiku kembali gelisah, aku khawatir melihat mas Dewo seperti itu.
“Samperin, jangan, samperin, jangan, samperin, jangan, samperin. WHAT?? Samperin, engga ah! Gengsi kali, nanti yang ada pasti diledek lagi. Huuuu…eh tapi mas Dewo kasian banget.”

Dipublikasi pada oleh jstories | Meninggalkan komentar

Aku menyukai puisi, liriknya, baitnya, susunan katanya, dan tentunya makna dari setiap baris puisi. Puisi selalu menjadi andalanku setiap kali hati ini penuh dengan ketidaknyamanan. Tapi terkadang, puisi juga membuatku jengkel karena apa makna yang dimaksud tidak aku mengerti sama sekali.
Setiap senja datang, aku selalu menulis puisi atau searching puisi – puisi karya orang lain. Aku suka tertawa sendiri ketika puisi yang kubaca sama sekali tidak nyambung, mungkin puisi itu hanya puisi iseng. Tapi aku juga suka menangis saat makna puisi sangat menyentuh. Sempat terpikir olehku, apakah bisa puisi – puisi yang menetap dalam komputerku dibaca oleh orang – orang dunia maya. Tapi mungkin saja tidak, karena kualitas puisiku jauh dengan puisi penulis – penulis hebat.
“Na, sudah mandi? Lagi lihat puisi karya orang lain lagi?” tanya ibuku memasuki kamarku.
“Hehehe.. Begitulah bu, matahari mau pergi jadi memang seperti ini kebiasaanku, ya kan bu?”
“Ibu tahu, tapi kamu sudah mandi?”
Aku melirik jam di sudut kanan bawah layar komputerku, lalu tersenyum pada ibu yang sejak tadi melihatku. Aku berdiri, mengecup pipi kanan ibuku, dan mengambil handuk yang tergantung di depan pintu kamar mandi. Ibuku hanya menggelengkan kepalanya melihat anaknya terlena dengan puisi. Tapi, ibu selalu memuji dan memberi komentar setiap kali membaca puisi buatanku. Ibu tidak pernah mencela puisi yang kubuat, karena ibu bilang, sebuah karya bagus atau tidak seharusnya jangan dicela atau diremehkan tetapi jika karyanya bagus harus dipuji dan jika memang kurang bagus alangkah baiknya diberi komentar dan didukung agar pencipta karya tidak patah arang atau berputus asa. Oleh karena itulah, aku selalu bersemangat menulis puisi karena ibu mendukungku dengan baik.
“Baca puisi sampai lupa mandi, pasti lupa jam berapa sekarang. Jangan lupa, selesai mandi siap – siap sholat dan mengaji. Kalau sudah sholat dan mengaji, makan dulu baru setelah itu kamu belajar dan lanjut berkhayal dengan puisimu itu,” jelas ibu dengan suara agak kencang agar aku mendengar dari kamar mandi.
“Iya bu,” sahutku singkat.

“Mas Dewo, mas, dipanggil bapak mas disuruh ke kamarnya. Mas Dewo,” panggil bi Sunah dari balik pintu. “Mas Dewo, mas.. Mas Dewooo.”
Bi Sunah terus mengetuk pintu dan memanggilku dari luar. Aku tak menyahuti panggilan bi Sunah, apalagi dia diminta bapak untuk memanggilku. Aku bosan jika tiap hari, setiap jam 7 malam, setiap aku sedang mendengar musik rock, selalu dipanggil bapak untuk membicarakan hal yang sama. Bapak tak pernah perduli aku sedang apa di kamar, kalau bapak sudah bilang A ya aku harus A juga, tidak bisa B apalagi C.
Bapak, seorang orang tua tunggal sejak aku berumur 5 tahun. Ibu meninggal karena sakit yang dideritanya. Bapak berperan ganda, selain jadi bapak juga sebagai ibu. Setiap hari bapak menyiapkan segalanya yang aku butuhkan, meski sudah ada bi Sunah yang membantu. Tapi menurut bapak bi Sunah hanya perlu memasak dan mencuci peralatan masak serta makan saja, selebihnya bapak yang mengurusnya.
Aku sadar, semua yang bapak lakukan hanya untukku dan tak ada yang lain, karena memang aku anak satu – satunya. Terkadang aku berpikir bapak egois, tidak pernah mau mengerti apa yang aku rasakan. Aku selalu sensitif dan sakit hati setiap kali apa yang aku lakukan ditentang bapak. Dan apa yang aku katakan setiap kali mengambil keputusan, pasti selalu ‘kata bapak’.
Aku memang laki – laki yang tumbuh dan besar bersama satu orang laki – laki tangguh. Laki – laki hebat yang sering membuatku merasa seperti seorang perempuan. Aku merasa tertekan dengan kemauan bapak, meski harus kusadari bapak seperti itu hanya ingin menjagaku dan menjadikanku jagoan yang bisa dibanggakan.
“Mas Dewooooooo,” panggil bi Sunah sekali lagi.
Aku membuka pintu dan tersenyum pada bi Sunah, “iya bi, nanti Dewo ke kamar bapak.”
“Sekarang mas, kayaknya bapak mau bicara hal yang penting.”
Jika sudah ada kata penting, aku tidak bisa berpaling lagi. Aku melangkahkan kakiku ke kamar bapak. Pintu bapak tidak ditutup dan aku mendapati bapak sudah terjatuh di lantai dengan memegang surat di tangannya. Aku segera lari dan mengangkat tubuh bapak ke tempat tidur. Aku mencari denyut nadinya di tangan kanan, berpindah ke tangan kiri, tak dapat. Aku sudah panik, badanku menggigil, aku lalu mencari denyutnya di leher, aku mendapatkan dan ayah membuka mata perlahan – lahan.

Selesai makan malam bersama keluarga, aku berniat untuk ke toko coklat di depan perumahan tempatku tinggal. Setelah membereskan meja makan, aku mengajak Nino, adikku, ke toko coklat. Entah kenapa aku ingin sekali membawa payung, padahal cuaca hari ini cerah. Nino pun bingung melihatku bawa payung.
“Ka Mona sakit engga sih yah?” tanya Nino pada ayah.
“Lho kenapa No sama kakakmu?”
“Hari ini cerah, cuma mau ke toko coklat di depan aja bawa payung,” tanya Nino lagi.
“Ini buat penjagaan adikku, kalau ada yang jahat tinggal pukul pakai ini,” jelasku dan langsung merangkul Nino.
Aku menarik Nino keluar rumah yang masih kebingungan dengan tingkahku. Dia masih berpikir apa hubungannya payung dengan penjahat, yang ada dibuat jadi dua payungnya. Nino memang anak yang selalu berpikir panjang, harus selalu ada alasan setiap kali berbuat sesuatu. Seringkali satu rumah dibuat pusing dengan pertanyaan – pertanyaan Nino, termasuk ayah yang terkadang menang melawan Nino.
“Kenapa No, masih bingung ya kenapa kakak bawa payung?”
“Iya kak, kenapa harus bawa payung. Memang ada tanda – tanda mau hujan?”
“Adikku yang pintar, kamu tau apa tanda – tanda mau hujan?”
“Salah satunya mendung kak, itu ciri yang mudah dikenal orang banyak.”
“Kalau ada bunyi gemuruh, itu termasuk engga?” tanyaku dan Nino hanya mengangguk. “Nah, tadi saat kakak selesai membereskan meja makan, kakak mendengar gemuruh. Mungkin kamu, ibu, dan ayah engga dengar. Volume radio sampai 18 gitu Cuma gara – gara bang haji lagi nyanyi.”
“Oh yang tadi tiba – tiba, judiiiiii…. jeng jeng…. hahahahahaha”
Aku tertawa melihat Nino meragakan gerakan lagu di radio tadi. Nino memang pintar, tapi pintarnya selalu diiringi dengan kepolosannya. Nino masih berumur 12 tahun. Dimana usia 12 tahun ini masih ingin bermain dengan teman – temannya dan sedikit melupakan tugasnya sebagai pelajar. Berbeda dengan Nino yang setiap hari harus membuka mata untuk baca buku.
Setibanya di toko coklat, Nino langsung menyerbu jajaran coklat berisi susu coklat. Padahal sudah coklat, tapi masih saja diisi susu coklat. Aku memilih memesan dua coklat panas untuk dibawa pulang. Sambil menunggu coklat panas dibuatkan, aku memilih – milih cake coklat. Coklat selalu memberi sensasi yang berbeda.

“Bapakmu sudah 2 tahun ini mengalami kerusakan pada ginjalnya. Selama ini bapakmu selalu menyembunyikan semuanya darimu. Om sudah bilang berkali – kali bahwa kamu harus tahu kenyataan yang sebenarnya. Saat ini sudah ada pendonor yang akan menyumbangkan ginjalnya dan cocok untuk bapakmu. Jadwal operasi bapakmu minggu ini jam 5 sore. Kamu satu – satunya yang dimiliki bapakmu, tolong jaga dan rawat bapakmu. Om berharap semoga operasi ini jalan keluar dari segala kesulitan yang bapakmu hadapi. Om percaya kamu bisa, Dewo”
Semua yang diutarakan oleh Om Satyo terus terngiang dipikiranku. Aku merasa, aku anak yang benar – benar bodoh, buta, atau idiot sekali pun. Benar – benar tak bisa dipercaya, bapak yang selama ini aku tahu tidak pernah sakit atau pun mengeluhkan yang dirasanya. Setiap hari bapak rajin mengingatkanku untuk minum air putih sebanyaknya, agar ginjal tidak mudah rusak. Tapi kenyataannya justru bapaklah yang mengalami kerusakan ginjal.
Setelah memastikan bapak sudah tertidur, aku keluar rumah untuk menghirup udara malam. Sepi, sunyi, tak seperti biasa suasana kompleks perumahan tempat tinggalku seperti ini. Aku melihat ponselku, belum jam delapan tepat. Aku melewati lapangan perumahan yang biasanya di jam – jam ini banyak remaja yang sedang bermain badminton atau sepak bola, para ibu yang sedang asyik bertukar cerita kesehariannya, anak – anak yang bermain sepeda, dan para bapak yang sedang bermain catur atau sekedar nonton pertandingan bola di pos dekat lapangan.
Aku terus melangkahkan kaki, mengikuti arah jalan yang ada. Aku tak tahu harus kemana meluapkan sesak di dada. Aku berlari tanpa henti hingga tak menyadari aku berdiri tepat di depan toko coklat di depan kompleks perumahan. Aku melihat perempuan yang selalu berdebat denganku setiap harinya selama masih sekolah, perempuan yang selalu menggunakan kerudung merah muda jika keluar rumah. Rasanya aku ingin menepuk pundaknya, meminjamnya sebentar, tapi sungguh tak mungkin karena aku tahu siapa dia.

“Sudah mba, jadi berapa semua?” tanyaku pada cashier toko coklat.
“Saya ulang lagi ya mba,” jawabnya dibarengi dengan senyum manisnya dan aku mengangguk. “2 Hot chocolate, 1 puding banachoco, 2 pack chocolate almond, dan 2 caramel choco. Total semuanya jadi 98.200 mba.”
Aku mengeluarkan uang seratus ribuan dan kembalinya aku masukan ke dalam kotak amal yang disediakan toko coklat ini. Kotak amal inilah yang membuatku ketagihan untuk datang lagi ke toko coklat ini. Dan nilai plus dari toko coklat ini adalah pemilik toko coklat ini seorang muslim yang taat kepada penciptanya. Ibu juga selalu mengingatkanku untuk bisa memilah mana produk yang halal dan haram, juga selalu bersedekah baik dalam jumlah besar atau pun kecil. Karena itulah aku tak pernah mengambil kembalian belanja, meski jumlahnya tidak seberapa tapi aku tahu bagi mereka yang membutuhkan jumlah tersebut sangatlah banyak.
Melangkah kaki keluar toko, aku melihat sosok yang tak pernah hilang dari pikiranku. Dia yang namanya selalu hadir dalam hati ini, selalu kusebut namanya setiap kali aku berdoa, dan selalu ada setiap kali aku bermimpi. Sosok laki – laki yang sebenarnya 180 derajat jauh berbeda denganku. Aku yang serba tertutup dan dia yang selalu terbuka, terkesan urakan. “Mas Dewo….”
“Kenapa kak?”
“Eh, engga kok. Yuk kita pulang,” seruku pada Nino.
Aku melewatinya yang sedang duduk sendirian di halte samping toko coklat. Sejak keluar dari toko, mata ini tak lepas memandangnya. Entah kenapa aku merasa ada yang berbeda dengannya, kini dia diam. Tak seperti biasanya dia seperti ini, kalau ada aku pasti dia langsung mengejekku karena pakai kerudung padahal zaman sudah berkembang, fashion di Indonesia juga maju. Pikiranku mulai tak beraturan, semua berlarian tanpa arah, antara khawatir dan bingung.
“Kak Monaaaaaaaaaaaaaaaaa…..” panggil Nino.
Aaww.. Kepalaku sakit sekali, kayak habis dipukul pakai benda panjang dan tentunya menyakitkan. Aku kembali sadar, aroma aspal yang menyengat hidung, kerudungku yang basah, dan pukulan Nino yang menyakitkan, menyadarkanku satu hal. Hujaaaaaaaaaannnn!!!!!! Tanpa berpikir dua kali aku berlari kembali ke halte samping toko coklat. Aku menghela napas dan berusaha mengatur napas agar normal kembali. Aku mencari Nino, tengok kanan dan kiri.
“Lho mas Dewo?? Nino manaa??” tanyaku tanpa malu dan mas Dewo menunjuk pada laki – laki yang memakai kaos kuning dan celana jeans memegang payung dibawah guyuran hujan.
“Kenapa kak Mona lari lagi ke halte sih? Rumah kita kan ke sana arahnya, terus buat apa kita bawa payung kalo hujan kita harus neduh juga??” Aku terkekeh dan memanggil Nino untuk mendekat.

Dipublikasi pada oleh jstories | Meninggalkan komentar